"Seringnya Nol" Kata Pengayuh Becak di Sumedang di Tengah Gempuran Moda Transportasi Lain
Becak masih eksis di Sumedang di tengah gempuran moda transportasi yang kian beragam dan serba murah.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Becak masih "eksis" di Sumedang di tengah gempuran moda transportasi yang kian beragam dan serba murah.
Namun, becak hanya menjadi jejak sejarah transportasi ramah lingkungan di Sumedang. Tidak berimbas baik untuk para pengayuhnya.
Ujang Tata (53), warga Kampung Cisugan RT 03/09 Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong, telah mengayuh becak 20 tahun. Dia mangkal di kawasan Alun-alun Sumedang.
Lebih dari lima tahun, kondisinya semakin terpuruk jika hidup hanya mengandalkan dari menarik becak. Semakin hari, semakin tak ada penumpang.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Makan Kupat Tahu Enak di Jatinangor Sumedang, Berasnya Kualitas Satu
"Sepi, kadang narik kadang enggak. Seringnya nol," kata Ujang kepada TribunJabar.id, Rabu (7/2/2024).
Kondisi ekonomi global yang semakin mencekik lapisan masyarakat rentan seperti Tata juga telah terbukti membuat Tata semakin kerepotan.
Dulu, selain menjadi pengayuh becak, dia juga berprofesi menjadi seorang ojek pangkalan.
Namun, kebutuhan hidupnya mendesak sehingga motor dijual.
Selain dari mengojek, dia juga mengerjakan pekerjaan lain. Di antaranya bekerja sebagai penggoreng tahu pada pemilik gerobak tahu di dekat tempat becak Ujang Tata mangkal.
"Sehari dulu bisa dapat Rp 200 ribu. Sekarang ini cuman dapat Rp 60 ribu juga dipotong ongkos dan hanya bisa kebawa ke rumah Rp 30 ribu," katanya.
Motor Tata dijual Rp 3 juta. Dia tersenyum pahit saat mengatakannya.
Kini, dia hanya mengandalkan hidup dari menggoreng tahu meski tak pernah putus harapan akan datangnya penumpang becak.
Saat TribunJabar.id menemuinya, dia sedang duduk-duduk pada kursi penumpang becaknya. Sampai lewat tengah hari, Tata baru dapat uang Rp 2 ribu.
Baca juga: BPBD Sumedang Butuh Alat Berat untuk Evakuasi Material Longsor di Rancakalong, Banyak Batu
"Hasil parkir tadi," katanya sambil terkekeh.
Harga ongkos becak bersaing dengan angkutan online. Untuk jarak terjauh yang dapat ditempuh becak dari Alun-alun Sumedang ke kawasan Dano, ongkosnya Rp 30 ribu. Itu akan lebih murah jika ditempuh dengan ojek online.
Selain itu, ojek online tentu lebih cepat mengantarkan penumpang untuk sampai tujuan.
Dengan uang Rp30 ribu per hari yang dibawanya ke rumah, Tata sering mendapat omelan istri. Tapi dia sabar.
Dia yakin, yang termasuk ibadah bernilai tinggi adalah menyabari keadaan.
"Saya katakan, ya mau bagaimana lagi. Ini sudah bagiannya," kata ayah tiga anak itu.
Tata adalah kelompok masyarakat penerima bantuan sosial, tapi itu dulu. Sudah setahun ini, dia tak dapat bantuan apapun. Kehidupan yang sepi penumpang dia upayakan terus berlanjut, sendirian.
"Sudah setahun enggak dapat bansos lagi, dicoret," katanya. (*)
AHY Dorong Pengembangan PLTS Terapung di Bendungan Jatigede untuk Ketahanan Energi |
![]() |
---|
AHY Senang Sambangi Sumedang Lagi, Resmikan Jalan Lingkar Utara Jatigede, Berharap Ekonomi Meningkat |
![]() |
---|
Seribu Penari Umbul Buka Peresmian Jalan Lingkar Utara Jatigede Sumedang |
![]() |
---|
Penataan Jatinangor hingga Jalan Ambles Surian Jadi Usulan Bupati Sumedang ke KDM |
![]() |
---|
Wabup Fajar Aldila Lepas Ekspor Jaring Sabut Kelapa Kreasi Warga Binaan Lapas Kelas II B Sumedang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.