Ramadhan 2024

Link Download Kalender Hijriah 2024 PDF Resmi dari Kemenag, Termasuk Jadwal Puasa Ramadhan 1445 H

Simak link download kalender Hijriah 2024 yang terdapat jadwal puasa Ramadhan 1445 H di dalamnya berikut ini.

|
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
simbi.kemenag.go.id
Kalender Hijriah 2024 yang terdapat jadwal puasa Ramadan 1445 H di dalamnya dari Kementerian Agama. 

TRIBUNJABAR.ID - Tersedia kalender Hijriah yang bisa diunduh secara gratis dari Kementerian Agama (Kemenag).

Pada tahun 2024 ini, perhitungan kalender Hijriah bertepatan dengan 1445 H dan 1446 H.

Bagi umat Muslim, kalender Hijriah ini menjadi unsur penting dalam penanggalan karena peristiwa-peristiwa penting terjadi dalam yang berbeda dengan perhitungan Masehi.

Selain itu, tanggal penting seperti jadwal puasa Ramadhan pun menjadi salah satu yang ditentukan berdasarkan kalender Hijriah.

Berdasarkan kalender Hijriah yang telah dirilis, bulan Ramadan diprediksi bertepatan pada pertengahan Maret 2024.

Umat Muslim diperkirakan bisa memulai puasa pada 12 Maret 2024 yang bertepatan dengan 1 Ramadan 1445 H.

Kendati demikian, penetapan 1 Ramadan akan kembali diumumkan setelah Kementerian Agama menggelar sidang isbat.

Berikut link download kalender Hijriah 2024 dalam format PDF:

>>> DOWNLOAD KALENDER HIJRIAH 1445/1446 H <<<

Baca juga: Jadwal Awal Puasa Ramadhan 2024 Lengkap dengan Daftar Hari Penting dalam Kalender Islam 1445 H

Metode Menentukan Jadwal Puasa Ramadan

Penetapan jadwal puasa atau 1 Ramadhan biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu metode hilal dan hisab.

Dua metode tersebut digunakan merujuk pada cara yang diterapkan oleh organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Berikut penjelasan lengkapnya, dikutip dari Kompas.com.

Menurut Lapan, metode rukyat atau rukyatul hilal adalah adalah aktivitas pengamatan hilal dengan melihat secara langsung atau menggunakan teleskop.

Semetara dilansir dari laman bali.kemenag.go.id, hilal adalah nampaknya bulan sabit muda pertama setelah terjadinya konjungsi (ijtimak atau bulan baru) di arah matahari terbenam yang dijadikan acuan jatuhnya awal bulan dalam kalender Hijriyah termasuk Ramadhan.

Waktu pengamatan hilal yaitu pada hari ke-29 untuk menentukan apakah hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan atau belum.

Metode rukyatul hilal digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dengan melakukan pengamatan di beberapa titik di Indonesia.

Dalam metode rukyat, hilal yang berada di bawah ketinggian dua derajat mustahil diamati dengan mata, namun jika lebih dari dua derajat maka hilal memungkinkan untuk dilihat dengan mata telanjang.

Pada 2023, Kementerian Agama mengadopsi kriteria baru yaitu kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) di mana tinggi bulan baru yang teramati minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Jika menggunakan metode rukyat, maka visual hilal yang teramati akan menjadi tanda bahwa esok hari akan jadi hari pertama bulan dalam kalender Hijriah.

Namun jika hilal tidak terlihat maka disepakati bahwa lusa adalah waktu jatuhnya awal bulan, dan berlaku baik untuk penentuan awal bulan Ramadhan dan bulan-bulan lain termasuk Syawal.

Hal ini disebut dengan istikmal yaitu melakukan pembulatan jumlah hari sampai tiga puluh hari sebelum dimulainya bulan yang baru.

Metode Hisab

Baca juga: Ramadhan 2024 Sebentar Lagi, Sudahkan Mengganti Utang Puasa? Simak Niat dan Ketentuan Puasa Qadha

Dilansir dari laman suaramuhammadiyah.id, metode hisab adalah serangkaian proses perhitungan yang salah satunya bertujuan menentukan posisi geometris benda langit untuk kemudian mengetahui waktu di mana benda langit menempati posisi tersebut, atau mengetahui apakah suatu siklus waktu sudah mulai atau belum.

Cara menentukan awal bulan, termasuk tanggal 1 Ramadhan menurut Muhammadiyah ini berguna dalam menentukan awal bulan pada kalender Kamariah atau bulan dalam kalender Hijriyah.

Tarjih Muhammadiyah diketahui meyakini hisab hakiki dengan acuan ijtimak atau konjungsi sebagai batas kulminasi awal dan akhir bulan Qomariyah.

Metode hisab Muhammadiyah diketahui menggunakan tiga kriteria yaitu telah terjadi ijtimak bulan-matahari, ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari, dan bulan di atas ufuk atau belum terbenam pada saat matahari terbenam.

Kemudian hilal dianggap sudah wujud (terlihat) apabila matahari terbenam lebih dahulu daripada terbenamnya hilal walaupun hanya berjarak kurang dari satu menit.

Sementara, penetapan hasil hisab yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan dikeluarkan sebagai maklumat untuk kemudian digunakan oleh umat.

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved