PVMBG Sebut Pergerakan Tanah di Cireunghas Masuk Zona Rentan Menengah-Tinggi, Warga Diminta Waspada

Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan, atau lereng.

Tribun Jabar/ Dian Herdiansyah
Kondisi bentangan retakan tanah sepanjang 200 meter, amblasan dari retakan ke bawah mencapai kedalaman hingga 3 meter dengan lebar retakan hingga 1 meter. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Dian Herdiansyah. 

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Pergerakan tanah terjadi di Kampung Tegalkaso, RT 03/RW 05, Desa Bencoy, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, berada di zona kertentanan gerakan tanah (ZKGT). 

Dari hasil penelitian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tanah di tebing Kampung Tegalkaso, wilayah tersebut memiliki kerentanan menengah hingga tinggi.

Pantauan Tribun sebelumnya, terlihat kondisi bentangan dari retakan tersebut hinga 200 meter, amblas dari retakan kebawah hingga 3 meter dengan lebar retakan sekitar 1 meter. 

"Daerah ini memang berada peta ZKGT dan beradasarkan data yang tercatat di PVMBG, bahwa Cireunghas, Kabupaten Sukabumi ini, masuk pada kategori potensi gerakan tanahnya berada di posisi menengah hingga tinggi," ungkap Kepala Tim Kerja Gerakan Tanah di PVMBG- Bidang Geologi KESDM, Oktory Prambada, Senin (04/12/2023).

Oktory mengatakan pergarakan tanah kategori menengah merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terkena gerakan tanah. 

Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.

"Jadi, kalau Desa Bencoy di peta ZKGT itu, sebagian ada di zone gerakan tanah menengah," katanya.

Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah tersebut, karena jalur air atau gorong-gorong tertimbun menjadi pemukiman yang padat.

"Kondisi geologi karena batuan dasar desa ini berupa batulempung dan rapuh. Sehinga mudah mengalami pergerakan tanah tipe lambat," imbuhnya.

Menurutnya, gerakan tanah tipe lambat didaerah ini tidak membutuhkan kelerengan yang terjal dan kelerengan hanya berkisar 10 derajat.

Selain itu, pola drainase yang kurang tertata dengan baik secara morfologi desa ini berupa lembahan dan tempat akumulasi air. 

"Jadi, gerakan tanah ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi sebelum terjadinya gerakan tanah atau hujan deras lebih dari 5 jam," katanya.

Di daerah terdampak bencana retakan tanah di wilayah Desa Bencoy, Kecamatan Cireunghas, pada bagian atas pemukiman dan pada tekuk lereng banyak dijumpai mata air.

Sehingga tanah permukaan menjadi jenuh dan meningkatnya bobot massa tanah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan air pori dan berkurangnya daya ikat tanah. 

"Sehingga rentan terjadi pergerakan tanah yang terjadi bertipe rayapan atau lambat yang merusak jalan dan pemukiman atau rumah warga," ujarnya.

Mengingat curah hujan yang masih tinggi dan masih adanya potensi gerakan tanah, pihaknya pun menyarankan kepada seluruh warga yang berada di sekitaran lokasi bencana agar tetap waspasa. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved