Konflik Palestina vs Israel

3 WNI di Gaza Hilang Kontak dengan Pemerintah setelah RS Indonesia Diserang

Retno mengatakan, mereka kehilangan kontak setelah tank–tank pasukan Israel melakukan serangan ke RS Indonesia di Jalur Gaza.

Editor: Ravianto
Istimewa
Selain Rumah Sakit Indonesia, Ambulans Dompet Dhuafa yang sedang menjalankan misi kemanusiaan di Jalur Gaza turut jadi sasaran serangan rudal IsraeL 

TRIBUNJABAR.ID, GAZA - Menteri Luar Negeri (Kemenlu) Retno Marsudi mengumumkan telah kehilangan kontak dengan tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi relawan di rumah sakit (RS) Indonesia yang berlokasi di Gaza Palestina.

Retno mengatakan, mereka kehilangan kontak setelah tank–tank pasukan Israel melakukan serangan ke RS Indonesia di Jalur Gaza.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina) dan Palang Merah Internasional, ujar Retno, juga belum dapat memastikan bagaimana nasib tiga WNI yang terjebak di dalam RS Indonesia.

"Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri masih hilang kontak," kata Retno dalam keterangannya persnya yang juga disiarkan YouTube Kementerian Luar Negeri, Senin (20/11).

Reno mengatakan, akan terus menghubungi berbagai pihak guna memperoleh informasi terkait RS Indonesia dan keselamatan tiga WNI tersebut. 

"Koordinasi dengan MerC Jakarta juga terus kita lakukan. Mari kita doakan agar mereka selamat dan selalu diberi perlindungan Allah SWT," ujar Retno.

Serangan ke RS Indonesia di Jalur Gaza dilakukan pasukan Israel sejak pekan lalu, usai CEO Combat Antisemitism Movement dan mantan Kepala Media Digital IDF (Tentara Israel) menyebarkan berita hoaks bahwa RS Indonesia di Gaza dilengkapi dengan terowongan bawah tanah untuk markas besar militan Hamas.

Tuduhan serupa juga disampaikan Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari yang menyebut rumah sakit Indonesia di Gaza dibangun di atas jaringan terowongan Hamas. 

Imbas unggahan hoaks tersebut, Rumah Sakit Indonesia kemudian menjadi target sasaran serangan udara dan darat militer Israel. Sudah 12 orang yang tewas akibat serangan itu di RS Indonesia.

Puluhan orang dilaporkan luka-luka, sementara 700 warga lainnya terisolasi di dalam RS selama sepekan karena terkepung pasukan sniper Israel, sebagaimana dikutip dari AFP.

Tak hanya itu, Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menangani puluhan ribu lebih pasien saat ini juga terpaksa ditutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan lantaran kehabisan bahan bakar Solar dan stok alat medis.

"Kami tidak bisa menawarkan layanan apapun lagi. Kami tidak bisa menawarkan tempat tidur apapun kepada para pasien," tutur Direktur RS Indonesia Atef al-Kahlout saat berbicara kepada Al Jazeera.

Tak hanya di RS Indonesia, situasi mencekam juga terjadi di Rumah Sakit Al-Shifa. Akibat serangan dan blokade pasokan bahan bakar, rumah sakit terbesar di Gaza ini juga terpaksa berhenti beroperasi.

Akibatnya, puluhan bayi prematur yang ada di unit perawatan intensif neonatal terancam  kehilangan nyawa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan pada menggambarkan situasi di rumah sakit RS Al-Shifa di Gaza tersebut sebagai "zona kematian".

“Kami telah kehilangan dua bayi, sementara 31 bayi lainnya berisiko meninggal karena kekurangan rumah sakit kesulitan menyediakan listrik ke inkubator sehingga bayi – bayi tidak bisa mendapatkan suhu hangat dan aliran oksigen konstan,” kata Direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya.

Mencegah bertambahnya jumlah korban meninggal, ke-31 bayi prematur akhirnya dievakuasi dari RS Al-Shifa Gaza ke Mesir.

Sejak perang Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober 2023, 35 RS yang ada di Gaza, tak satu pun yang tidak diserang oleh pasukan Israel. Anggota dari Dewan Timur Tengah yang berfokus pada urusan global, Omar Rahman menyebut Israel sedang melakukan perang psikologis dengan menyerang rumah sakit.

"Serangan terhadap rumah sakit (oleh Israel) menunjukkan kepada masyarakat bahwa tidak ada tempat yang aman (bagi warga Palestina)," katanya dikutip dari Al-Jazeera.

Sejak perang kembali pecah, sedikitnya 12.300 warga Palestina tewas di Gaza. Sebanyak 5.000 di antaranya anak anak. Sedikitnya 3.500 orang dinyatakan hilang. Mereka diduga masih terkubur di antara reruntuhan atau hancur menjadi serpihan terkena hantaman roket. (tribunnetwork/namira yunia lestanti/yohanes liestyo poerwoto)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved