Antisipasi Kebakaran di Cagar Alam Pangandaran, BKSDA Pasang Plang SPBK, Perhatikan Posisi Jarum

Dalam plang SPBK ini ada 4 warna untuk mengetahui tingkatan kebakaran mulai warna biru hingga merah yang berarti ekstrem

Penulis: Padna | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Padna
plang sistem peringkat bahaya kebakaran di kawasan TWA atau Cagar Alam Pangandaran 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Antisipasi kebakaran, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Pangandaran pasang plang Sistem Peringkat Bahaya Bebakaran (SPBK).

Dalam plang SPBK ini ada 4 warna untuk mengetahui tingkatan kebakaran mulai warna biru berarti rendah, hijau berarti sedang, putih berarti tinggi, dan merah berarti ekstrem.

Kepala BKSDA Resort Pangandaran, Kusnadi mengatakan, selain petugas, plang SPBK ini untuk diketahui oleh para pengunjung dan nelayan di Pangandaran.

Sehingga, mereka bisa mengetahui dimana tingkatan bahaya kebakaran di Cagar Alam Pangandaran.

"Ketika posisi jarum berada di tingkatan tinggi dan ekstrim, untuk antisipasi para petugas termasuk nelayan diberi arahan," ujar Kusnadi kepada sejumlah wartawan disela sela tugasnya, Minggu (12/11/2023) sore.

Baca juga: Kebakaran Padam, TPA Sarimukti Kembali Tampung Sampah Bandung Raya, Per Hari Mencapai 325 Ritase

Menurutnya, ada dua titik di Cagar Alam Pangandaran yang rawan terjadi kebakaran yakni di sekitar padang rumput Cikamal.

"Di situ ada dua titik yang rawan kebakaran. Karena, di lokasi tersebut banyak ilalang," katanya.

Meskipun demikian, selama musim kemarau panjang ini, dirinya bersyukur tidak terjadi kebakaran di kawasan Cagar Alam Pangandaran.

"Alhamdulillah, karena kita selalu patroli dan memberikan arahan juga terhadap pengunjung ataupun masyarakat yang datang ke lokasi tersebut," ucap Kusnadi.

Untuk antisipasi, pihaknya juga sudah membuat jadwal untuk melakukan patroli siang, sore ataupun malam."Kita patroli 24 jam dengan membagi personel yang ada," ujarnya.

Ia mengimbau kepada pengunjung ataupun masyarakat setempat untuk tidak membuang putung roko sembarangan.

"Apalagi, musim kemarau sekarang kondisi rumput ilalang masih kering. Jadi, mudah sekali terbakar," kata Ia. *

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved