Breaking News

Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam Hadirkan Solusi Manajemen Pengelolaan Sampah

KREATIVITAS mengelola sampah hingga menjadi produk bernilai terus diupayakan oleh Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam.

Penulis: Nappisah | Editor: Darajat Arianto
Istimewa
Guna mengubah secara perlahan perilaku masyarakat khususnya dalam mengelola sampah, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam melakukan inovasi melalui Jasa Pengangkutan Sampah (JPS) dan Bank Sampah. 

Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - KREATIVITAS mengelola sampah hingga menjadi produk bernilai terus diupayakan oleh Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam.

Ketua TPS3R Warisan Alam sekaligus Direktur Bank Sampah Induk Warisan Alam, Rendi Firmansyah tak menampik saat kali pertama mengedukasi, masyarakat tak langsung paham hingga timbul kesadaran.

Guna mengubah secara perlahan perilaku masyarakat khususnya dalam mengelola sampah, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam melakukan inovasi melalui Jasa Pengangkutan Sampah (JPS) dan Bank Sampah.

"JPS adalah Sistem penarikan sampah dari masyarakat dengan metode pengumpulan dan pemilahan sampah," ujarnya, saat ditemui di Jalan Diponegoro, Sabtu (25/10).

Masyarakat memberikan retribusi sebaga jasa dari penarikan sampah rumah tangga.

"Metode ini kurang epektif karena kesadaran masyarakat dalam memisahkan sampah masih kurang," ungkapnya.

Sedangkan, kata dia, sifat konsumen masyarakat masih tinggi dan merasa cukup dengan membayar retribusi dan menyerahkan pemilihan sampah ke petugas.

"Terkadang masyarakat lebih memilih membuang sampah atau membakar sampah sendiri, ketimbang memilah serta membayar retribusi jasa penarikan sampah," katanya.

Baca juga: Apresiasi Kewilayahan Soal Tangani Sampah di Bandung, Ema Bilang RW 19 Bisa Dijadikan Pilot Project

"Di Kertasari terdapat toko atau warung untuk menetap sebagai mitra Bank Sampah Induk," tuturnya.

Rendi mengatakan, dalam menjaring keikutsertaan masyarakat dalam memilah sampah, menghadirkan penjemputan sampah sesuai jadwal di setiap RW.

"Sehingga masyarakat ketika ada pemilah dari rumah kami beli, bukan masyarakat mengeluarkan sampah jadi retibusi," ungkapnya.

Jasa pengangkutan sampah, kata Rendi, rata-rata satu minggu dua kali.

"Ketika kita adakan program seperti ini, dua minggu tempat pembuangan sampah belum penuh," ujar Rendi.

Adapun, Bank Sampah adalah sistem pengelolaan sampah berbasis rumah tangga.

"Menekankan pemilahan sampah di sumber atau rumah tangga dan menjadikan sampah bernilai ekonomis," katanya.

Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam b
Guna mengubah secara perlahan perilaku masyarakat khususnya dalam mengelola sampah, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam melakukan inovasi melalui Jasa Pengangkutan Sampah (JPS) dan Bank Sampah.

Masyarakat mendapat keuntungan dari pengumpulan serta pemilahan sampah tersebut.

"Melalui metode ini masyarakat lebih antusias dalam pemilihan sampah. Sebab, diberrikan keuntungan lebih besar dan terbentuklah sirkular ekonomi sampah menjadi bahan baku ekonomi," ungkapnya.

Kemudian, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam membentuk Bank Sampah Mart, dimana penjualan kebutuhan pokok bagi pengelola Bank Sampah dan masyarakat.

Menurutnya, Bank Sampah Mart efisiensi untuk menjangkau pada sasaran Bank Sampah Keliling.

Ia tak menampik, katagori sampah dan nominal yang diberikan mendorong masyarakat mengumpulkan sampah.

Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam turut menguraikan ketiga jenis sampah yang dikategorikan anorganik didistribusikan kepada pabrik daur ulang.

Baca juga: TPS Pagarsih yang Kini Bersih Dijaga Ketat, Warga Tak Boleh Buang Sampah Kecuali Jenis Residu Ini

Rendi menuturkan, mayoritas warga Kertasari sebagai petani menghasilkan sampah organik yang lebih banyak.

"Lahan juga masih luas untuk mengelola sampah organik, " tambahnya.

Kemudian, sampah organik dikelola menjadi pupuk cair dan padat, kompos, margot, pakan ternak dan juga krya 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

"Sempat kebingungan mengelola sampah residunya bagaimana, alhamdulillah saat ini kelabakan banyaknya pesanan," ungkapnya.

Sebagian residu sampah tersebut didaur ulang secara lokal, hingga saat ini Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam memproduksi paping block.

"Kita juga berupaya mengurangi sampah residu, sehingga tidak berakhir di hilir," ujarnya.

Kondisi Kecamatan Kertasari berbatasan dengan Kabupaten Garut akses penarikan ke TPS dirasa sulit.

"Ada biaya pun jumlahnya cukup besar, jadi kita berupaya untuk mengelola sampah residu tersebut," ucapnya.

Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam menggaungkan program sedekah sampah yang sumbernya dari sekolah, rumah tangga maupun masjid.

"Jadi datang ke Masjid itu, bila ingin bersedekah tidak harus uang tapi bisa dengan sampah yang akan kami kelola hingga menghasilkan pendapatan," imbuhnya.

Hasil dari pendapatan tersebut dialokasikan untuk santunan kepada masyarakat.

"Masyarakat semakin antusias mengelola sampah dari hulu," katanya.

Mekanisme bank sampah, katanya, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam ditunjuk sebagai salah satu bank sampah induk tingkat kecamatan.

"Bahkan dari provinsi, ditunjuk sebagai bank sampah induk berbasis masyarakat," ujarnya.

Menurutnya, permasalahan sampah tidak akan selesai bila mengandalkan satu pihak. Kendati demikian, komunitas ini turut mengandeng berbagai untuk mengelola sampah.

Melalui inovasi ini, kata dia, menuntut pengelolaan sampah di sumber dan memberdayakan masyarakat.
"Kita memprioritaskan masyarakat untuk mengelola sampah di sumber, hingga akhirnya mendapat manfaat lebih," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, Rendi mengakui paradigma masyarakat akan pengelolaan sampah berubah menjadi lebih baik.

"Guna mengapresiasi masyarakat dalam mengelola sampah, kita adakan nasabah teladan," katanya.

Rendi berkeinginan, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alamhadir ditengah masyarakat sebagai solusi dan hal yang ditawakan mampu menjadi peluang untuk memberdayakan masyarakat.

Hingga kini, komunitas yang digagas dari karang taruna tersebut menjaring 10 anggota pengelola sampah, 1500 Kartu Keluarga (KK), 7 sekolah, 1 Pondok Pesantren dan 42 BSU. (*)

Kreativitas Warga Kertasari, Ubah Cara Pandang Pengelolaan Sampah, Bisa Jadi Berkah

BENCANA sampah yang tak kunjung usai menjadi permasalahan serius di Bandung Raya.

Ketua TPS3R Warisan Alam sekaligus Direktur Bank Sampah Induk Warisan Alam, Rendi Firmansyah, mengatakan, mengugah kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah salah satunya melalui cara pandang.

Tak sedikit, masyarakat yang belum teredukasi, apatis bahkan tidak segan membuang sampah sembarangan.

"Saat musim penghujan, sampah di dataran tinggi akan hanyut terbawa air mengalir ke dataran bawah," ucapnya.

Stigma yang melekat pada masyarakat tersebut menggugah pemuda di Kertasari membentuk komunitas guna menepis stigma negatif masyarakat.

"Salah satu lokasi kami di 0 KM Citarum, sering mendapat asumsi bahwa saat musim penghujan, sampah yang dikirim dari atas itu dari hulu," katanya.

Komunitas ini merupakan para pegiat sampah di Kertasari, Kabupaten Bandung mencakup 1 kecamatan yang terdiri dari 8 desa.

Guna mengugah kesadaran masyarakat, sejak tahun 2014 turut gencar berinovasi dalam mengelola sampah.

"Mengubah cara pandang masyarakat yang tadinya membuang sampah, kini bisa mengelola. Sampah mu, tanggung jawab mu," katanya.

Menariknya, warga Kertasari menyetorkan sampah yang telah dipilah ke bank sampah unit terdekat dan dapat dipakai belanja kebutuhan rumah tangga di Warung Kita Warisan Alam.

Menurutnya, Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Warisan Alam dibentuk sebagai wadah untuk bisa menyerap aspirasi masyarakat.

"Mudah-mudahan apa yang telah dilaksanakan menjadi inovasi dan motivasi pengelolaan sampah dari hulu," katanya.

Rendi menegaskan, komunitas ini ingin membuktikan bahwa melalui komunitas ini salah satu tindakan nyata dalam merangkul masyarakat dalam mengelola sampah.

"Kita tunggu saat ini adalah datang sosok pahlawan lingkungan, jangan sampai berdiam diri dengan kondisi saat ini," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved