Lebih dari 100 Persalinan di RSUD Sumedang Tahun Ini Berujung Kematian, 107 Bayi Meninggal
Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) di RSUD Sumedang, ungkap Rudianto, cenderung fluktuatif.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Data mengejutkan diungkapkan Humas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang, Rudianto.
Ia mengatakan, lebih dari seratus persalinan yang dilakukan di RSUD Sumedang pada 1 Januari hingga 1 Oktober 2023 berujung kematian.
"Ada 107 kasus kematian bayi dan enam kasus kematian ibu saat jalani persalinan di RSUD Sumedang," ujarnya kepada Tribun Jabar, Minggu (8/10).
Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) di RSUD Sumedang, ungkap Rudianto, cenderung fluktuatif.
Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kata Rudianto, kasus kematian ibu dan bayi saat persalinan di RSUD Sumedang ini cenderung menurun.
"Pada 2022 ada 11 kasus kematian ibu dan 178 kasus kematian bayi," ujarnya, seraya mengatakan, ada 3.368 bayi yang dilahirkan di RSUD Sumedang pada 1 Januari hingga 1 Oktober 2023.

Ia mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kematian bayi saat proses persalinan. Menurutnya, sebagian besar bayi meninggal dunia tersebut akibat intrauterine fetal death (IUFD) atau kondisi janin yang meninggal di dalam kandungan.
Kasus kedua terbanyak adalah akibat bayi terlahir prematur atau belum waktunya lahir.
Terkait kematian ibu hamil saat persalinan, ujar Rudianto, kebanyakan karena adanya penyakit penyerta yang diderita ibu hamil, seperti jantung dengan hipertensi atau tanpa hipertensi.
Baca juga: Bupati Pastikan Kelalaian di RSUD Sumedang Tak Terulang, IDI Juga Akan Sanksi Dokter
"Kami terus berupaya melakukan pencegahan dan menekan angka kematian ibu dan bayi ini," katanya.
Kasus kematian ibu dan bayi saat persalinan di RSUD Sumedang mendapat sorotan menyusul kematian Mamay Maida (27), warga Dusun Cipeureu RT 03/01, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang. Ia meninggal dunia bersama bayinya saat persalinan di RSUD Sumedang, Minggu (1/10).
Ardiansyah (30), suami Mamay, menduga, istrinya meninggal karena terlambat menjalani operasi caesar. Meski kondisi istrinya sudah lemah dan ia sudah berkali-kali mengingatkan agar segera diambil tindakan operasi caesar, kata Ardiansyah, istrinya tetap diberi obat induksi. Mamay pun meninggal saat para tenaga medis akhirnya membawa dia ke ruang operasi.
Karena kasus ini, Ardiansyah sempat akan menuntut secara hukum. Namun, kemudian batal karena tak diizinkan oleh guru spiritualnya.
Antara Ardiansyah dan pihak RSUD Sumedang kemudian sepakat berdamai. Menurut Ardiansyah, dokter yang menangani persalinan istrinya sudah mengakui melakukan kelalaian. "Saya memaafkannya," kata Ardiansyah dalam kesempatan wawancara sebelumnya terkait alasannya membatalkan niatnya menempuh jalur hukum.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur RSUD Kabupaten Sumedang dr. Enceng mengatakan penanganan pasien Mamay saat persalinan di RSUD Sumedang beberapa waktu lalu sudah sesuai dengan prosedur. Penyebab kematiannya, sesuai literatur, ujarnya, adalah emboli air ketuban yang juga disebut dengan amniotic fluid embolism. Dalam kondisi ini air ketuban masuk ke aliran darah ibu melahirkan. Reaksinya sangat membahayakan, yakni menyerang sistem pernapasan dan jantung. Keduanya menjadi kolaps bahkan hingga berdarah.
Hasil audit internal atas kasus tersebut oleh RSUD Sumedang juga memastikan bahwa penanganan pasien Mamay Maida (dan bayinya telah sesuai standard operational procedure (SOP). Namun seperti yang diakui Plt BUpati Sumedang, Herman Suryatman, terdapat hospitality yang tidak optimal.
Hospitality, kata Herman, adalah bagian inti dari pelayanan. Sebab yang dinamakan keramahan, sikap trengginas, empati, merupakan hal-hal yang memerlukan kehadiran hati dalam bekerja.
"Hospitality itu bukan logika, tetapi hati. Psikologis. Itu harus ada. Maka kejadian ini jadi momentum untuk ada perubahan fundamental di RSUD Sumedang," ujarnya, Jumat (6/10).
Hal yang sama kembali ditegaskan Herman saat ditemui di Jatinangor, Minggu (8/10). Salam soal melayani pasien, pihak rumah sakit harus selalu sigap.
"Jangan banyak babibu. Segera layani!" ujarnya.
Herman mengatakan, puskesmas dan RSUD Sumedang ditarget secara komitmen untuk tidak boleh lagi ada kejadian ibu dan bayi meninggal dunia lantaran lembaga pelayanan kesehatan kurang responsif.
"Target tidak boleh ada ibu dan bayi meninggal, walau secara administratif ada target kuantitatif," ujarnya. (kiki andriana)
Puluhan Anggota Satpol PP Pukul Mundur Perusuh di IPDN Jatinangor Sumedang, Ada Apa? |
![]() |
---|
2 Terdakwa Korupsi Puskesmas Cisitu Titipkan Uang Pengganti Rp 801 Juta ke Kejari Sumedang |
![]() |
---|
Wargi Sumedang Siap-siap Bawa Payung, Prakiraan Cuaca Sumedang Hari Ini: Siang Diguyur Hujan |
![]() |
---|
Pemkab-Polres Sumedang Kerja Sama Sediakan 1.600 Loker |
![]() |
---|
Salurkan bantuan Modan dan Peralatan Usaha, Kolaborasi YBM PLN dan PLN UP3 Sumedang Perkuat UMKM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.