Dua Oknum Kades di Cianjur Diduga Pungli Dana Perbaikan Rumah Terdampak Gempa, Pembangunan Terganggu
Akibat adanya pungli tersebut, proses pembangunan sejumlah rumah yang rusak akibat gempa bumi Cianjur terganggu.
Penulis: Fauzi Noviandi | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor Tribunjabar Kabupaten Cianjur, Fauzi Noviandi
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Dua orang oknum Kepala Desa di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, diduga melakukan pungutan liar atau pungli terhadap penerima dana stimulan perbaikan rumah terdampak gempa bumi.
Berdasarkan informasi, diketahui oknum kepala desa tersebut melakukan pungutan liar sebesar Rp 2 juta hingga Rp 5 juta per satu unit rumah.
Humas PT GMP Gurya Mangku Pajajaran sekaligus Pemilik atau Invensor produk riksa, Arya DS Pratama mengatakan, oknum Kepala Desa yang meminta uang kepada aplikator di antaranya di wilayah Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Warungkondang.
“Ada dua oknum para Kepala Desa yang berada di dua Kecamatan secara terang-terangan meminta kepada Aplikator karena kami selaku inventor produk Rumah Tahan Gempa (RTG) mendapatkan laporan dari para aplikator bahwasannya mereka ini dihargai sebesar Rp 2 juta hingga Rp 5 juta," ucapnya pada wartawan, Senin (28/8/2023).
Akibat adanya pungli tersebut, lanjut dia, proses pembangunan sejumlah rumah yang terdampak terganggu.
Baca juga: Banyak Terima Laporan Dugaan Pungli, Dansatgas Gempa Cianjur Bakal Proses ke Polisi
“Apalagi kita ketahui bersama bahwa di lapangan maupun di Desa-Desa yang masih banyak berada di tenda, ketika ini muncul disitu karena ada bisnis dan ketetapan harga ini kan tidak dibenarkan harusnya dari pihak Desa itu turut serta membantu masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, Dansatgas Pencanangan Gempa Bumi Kabupaten Cianjur, Kolonel Inf Heri Rustanto mengatakan, pihaknya akan terus memantau situasi dan kondisi ke lapangan.
“Kami mendapatkan laporan dari pos kami yang ada di depan sebenernya sudah lama tapi kami perlu hati-hati terkait informasi maraknya pungli, bisa dikatakan oknum ini dari Aparat Desa, memang tidak semua, ini oknum tetapi banyak,” jelasnya.
Ia mengatakan, pihaknya akan segera memintai keterangan kepada para kontraktor maupun aplikator, terkait maraknya pungli yang dilakukan saat pencairan gempa bumi.
“Dari situ kita akan kroscek saat pencairan diminta berapa, dan apa saja siapa saja yang meminta,” katanya.
Ia mengungkapkan, secara sistem pembangun secara mandiri itu bukan rakyat yang membangun sendiri, namun seolah-olah masyarakat membangun sendiri tapi dibangun oleh Aplikator.
“Ada Kontraktor ini ada yang dibawa oleh oknum Ormas, oknum RT, oknum Kades, dan disitulah yang teriak pencairan bukan murni untuk rakyat tapi oknum ini membawa kontraktor supaya dapat kerjaan, kan rakyat suruh cepat pencairan nanti diserahkan ke kontraktor ini dengan imbalan-imbalan itulah yang sekarang kita ungkap,” katanya.
Dia menambahkan, dalam setiap pencairan pihak kontraktor yang mengerjakan pembangunan rumah memberikan sejumlah uang ke Ormas sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per unit.
Baca juga: Viral, Bocah Ngamuk ke Sopir Truk, Protes Direkam Diduga Lakukan Pungli, Kepiawaiannya Jadi Sorotan
“Bahkan ada juga yang menyampaikan di salah satu des di Kecamatan Cugenang oknum Kadesnya meminta uang sebesar Rp 2,5 juta per satu unit. Dengan adanya pungli ini kita tidak akan tinggal diam," kata dia.
Tak Hanya di Sesar Aktif Sukabumi, Gempa pun Mengguncang Gunung Salak |
![]() |
---|
Gempa Sukabumi: BPBD Catat Belasan Rumah Rusak, Dinding Retak-retak |
![]() |
---|
Penjelasan BMKG soal Gempa Bumi yang Terjadi di Sukabumi, Dipicu Sesar Aktif |
![]() |
---|
BMKG Catat 30 Gempa Susulan Terjadi Usai Gempa Bumi M 4,0 Menggoncang Sukabumi dan Bogor |
![]() |
---|
Cirebon Kini Punya Alarm Gempa Otomatis, Terhubung dengan BMKG, Begini Cara Kerjanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.