Miris di Era Digital Ada Siswa SMP di Pangandaran Tak Bisa Baca, Ternyata Tak Hanya Terjadi Saat InI

Salah satu guru di SMP Negeri 1 Mangunjaya dan koordinator Gerakan Literasi Sekolah, mengatakan, siswa yang ditemukan tak bisa baca bukan kali ini

Penulis: Padna | Editor: Darajat Arianto
WEB
Ilustrasi membaca buku. Salah satu guru di SMP Negeri 1 Mangunjaya sekaligus koordinator Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Dian Eka Purnamasari mengatakan, siswa yang ditemukan tidak bisa membaca itu bukan hanya tahun ajaran sekarang. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Salah satu guru di SMP Negeri 1 Mangunjaya sekaligus koordinator Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Dian Eka Purnamasari mengatakan, siswa yang ditemukan tidak bisa membaca itu bukan hanya tahun ajaran sekarang.

Beberapa tahun sebelumnya, memang suka ada satu atau dua orang siswa yang tidak bisa membaca.

"Yang akhirnya, ada inisiatif dari guru wali kelas atau satu guru yang prihatin. Jadi, anak ini diajak ayo belajar sama ibu saja belajar membaca," Dian kepada Tribunjabar.id melalui WhatsApp, Kamis (3/8/2023) sore.

Jadi, lanjut Ia, dari dahulu itu sebenarnya sudah ada ajakan khusus kepada anak untuk mau belajar membaca.

"Tapi, kami pikir sekarang jumlahnya (jumlah siswa) sangat luar biasa, harus lebih intensif dan tenaga yang dibutuhkan harus lebih besar makanya kami bikinkan programnya," katanya .

Baca juga: Ada Pelajar SMP di Pangandaran Tidak Bisa Membaca, Ini yang akan Dilakukan Dewan Guru Sekolah

Kemudian waktu Pandemi Covid-19, mungkin sekolah yang berada di kota bisa gampang belajar lewat zoom atau apapun.

"Tapi kan, kalau di Mangunjaya itu terkendala gadgetnya, terkendala kuotanya. Karena, rata-rata kan di sini anak-anaknya pada saat itu tidak memiliki gadget sendiri," ucap Dian.

Jadi, akhirnya mereka mungkin terkendala di pembelajaran atau tidak intensif saat belajar membacanya.

"Atau tidak maksimal dan di rumah juga tidak ada stimulus karena orang tuanya sibuk di sawah dan sebagainya," ujarnya.

Menanggapi soal ada siswa sampai kelas 9 tidak bisa membaca, Dian juga merasa bingung dan mempertanyakan waktu bersekolah di tingkat SD.

"Kalau kurang guru kayaknya enggak. Saya juga enggak tahu, itu bagaimana waktu sekolah di SD'nya. Biasanya, ketika MPLS SMP, kami bikin sebuah test yang intinya untuk melihat apakah anak itu bisa menulis atau membaca."

"Nah, hasilnya ya begitu (tidak bisa membaca dan menulis). Kami juga enggak tahu di SD'nya itu seperti apa. Kami sudah menerima sudah seperti itu, jadi ya udah," ucapnya.

Menurutnya, kalau anak dahulu masuk sekolah ke jenjang berikutnya itu diperlihatkan Nem-nya.

Baca juga: Ada Siswa SMP di Pangandaran Belum Bisa Baca, Pengamat Pendidikan: Kejadian Luar Biasa

"Tapi, kalau sekarang secara zonasi bisa diterima, secara kuota sekolah juga memadai yang akhirnya kan harus kami terima anak tersebut untuk bersekolah. Dengan sistem seperti ini, kan tinggal ini kita harus gimana," kata Dian. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved