Viral di Media Sosial

Viral, Kisah Kakak Beradik Tinggal di Gubuk dengan Nenek, Ibu Tewas di Tangan Ayah, Minta Keadilan

Unggahan video dua anak kakak beradik tinggal di gubuk bersama sang nenek mendadak viral, kisahnya memilukan ditinggal ibu tewas, ayah melarikan diri

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Instagram @ndorobei.official
Viral, Kisah Pilu Kakak Beradik Tinggal Digubuk Bersama Nenek, Tragis Ditinggal Ibu Tewas di Tangan Sang Ayah 

Namanya Aria Naizar Syaputra, yang saban hari berkeliling belasan kilometer membawa makanan ringan tahu bulat untuk dijual.

Lantaran ibunya mengidap gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah selama dua minggu sekali, Aria memutuskan untuk berhenti sekolah dan mencari pemasukan.

“Suami saya sudah 1 tahun tidak ada tanggungjawab (red: menafkahi). Beberapa bulan ke belakang pergi (meninggalkan keluarga), bahkan sudah nikah lagi,” ungkap Susan (31), ibu kandung Aria kepada TribunPriangan.com saat ditemui di kediamannya pada Rabu (19/7/2023).

Tambahnya, meski Aria memutuskan untuk berhenti sekolah, namun adik perempuannya yang baru kelas 3 di tingkat Sekolah Dasar (SD) masih tetap mengenyam pendidikan.

“Ini juga sama saya disuruh sekolah aja dulu, fokus. Tapi dia (red: Aria) nolak, katanya, ‘enggak, Bu, ah, lebih baik adik aja yang nerusin sekolah, saya mah lalaki, mau ngurus Ibu, biayain ini-itu’, katanya gitu,” kata Susan meniru perkataan anaknya, Aria.

Hal senada juga diutarakan guru-gurunya di tempat Aria besekolah dulu, Susan mengakui bahwa guru-gurunya itu kerap menghubungi dirinya supaya Aria kembali bersekolah.

“Katanya paling tidak tamat SD. Tapi Aria keukeuh, pengennya jualan,” lengkap Susan.

“Semenjak saya harus cuci darah, Aria mulai jualan tahu bulat. Tahu bulatnya mah ngambil dari orang, dia yang keliling. Ke Puskesmas Cihaurbeuti (Kabupaten Ciamis), Puskesmas Jamanis, Puskesmas Panembong, terus ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soekardjo (Kota Tasikmalaya),” lanjutnya.

Ia juga mengungkap, bahwa biasanya Aria menggunakan ojek terlebih dahulu dari rumahnya ke salah satu puskesmas tersebut, kemudian mulai berjualan dengan berjalan kaki.

Melalui pantauan TribunPriangan.com di lapangan, jarak tempuh tersebut sekira belasan kilometer.

“(Dari jualan tersebut) sehari dapat enggak tentu. Paling banyak, kotornya itu, paling Rp 100 ribu,” jelas Susan.

Meski cuci darahnya itu dibantu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), namun Aria bersikukuh untuk tetap berjualan demi memenuhi kebutuhan lainnya, seperti obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS, kebutuhan rumah, dan kebutuhan sekolah adiknya.

“Karena ‘kan ada obat-obatan yang harus dibeli, yang di luar BPJS,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved