Waspadai Salesma Pada Anak yang Tidak Kunjung Sembuh, Bisa Mengganggu Telinga

Sobat Tribuners di musim penghujan yang mulai melanda secara merata di sejumlah wilayah Indonesia, berpotensi memicu hadirnya berbagai gangguan keseha

Penulis: Cipta Permana | Editor: bisnistribunjabar
Istimewa
dr. Tania Putri Ryandini, Sp.A , Dokter Spesialis Anak dari SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL 

Laporan wartawan Tribunjabar.id, Cipta Permana.

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sobat Tribuners di musim penghujan yang mulai melanda secara merata di sejumlah wilayah Indonesia, berpotensi memicu hadirnya berbagai gangguan kesehatan.

Salah satunya gangguan kesehatan yang kerap muncul, terutama bagi anak-anak, yaitu selesma.

Akan tetapi tahukah Anda, bahwa kondisi selesma yang terus-menerus terjadi dan berlangsung dalam kurun waktu lama, bukan hanya mengganggu keseruan dari aktivitas si kecil. Namun juga ternyata dapat mengakibatkan penurunan kualitas pendengaran.

dr. Tania Putri Ryandini, Sp.A , Dokter Spesialis Anak dari SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
dr. Tania Putri Ryandini, Sp.A , Dokter Spesialis Anak dari SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL 

Dokter Spesialis Anak dari SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL, dr. Tania Putri Ryandini, Sp.A menjelaskan, selesma atau common cold adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus.

"Seringkali kita keliru dalam mengartikan bahwa salesma sama dengan flu. Padahal flu itu hanyalah salah satu dari penyebabnya, karena terdapat lebih dari 100 jenis virus yang dapat menyebabkan selesma, dan yang paling sering yaitu rhinovirus," ujarnya Kamis (29/6).

dr. Tania menuturkan, dalam istilah medis sebutan untuk salesma, memiliki beragam variasi penamaan seperti rinitis, nasofaringitis, atau rinofaringitis.

Adapun gejala yang timbul dari salesma, diantaranya berupa demam, batuk, bersin-bersin, hidung meler, hidung tersumbat,, hingga nyeri pada tenggorokan.

Hal ini dikarenakan, secara anatomis saluran pernapasan bagian atas, berhubungan langsung dengan rongga telinga tengah melalui sebuah saluran yang disebut tuba eustachius.

Tuba eustachius berfungsi sebagai saluran pembuangan cairan dari telinga tengah dan juga menyeimbangkan tekanan udara pada rongga telinga tengah.

"Saat seseorang mengalami selesma, akan terjadi peningkatan produksi lendir pada saluran pernapasan yang dapat menghambat tuba eustachius, juga meningkatkan kolonisasi virus dan bakteri pada telinga tengah. Kondisi ini pun dapat memicu terjadinya peradangan atau pada telinga bagian tengah (otitis media akut)," ucapnya.

Meskipun peradangan telinga tengah (otitis media akut) umumnya dapat terjadi pada semua usia, namun kondisi yang paling sering, terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun.

dr. Tania mengatakan, secara umum, selesma merupakan jenis penyakit swasirna atau self limiting disease yaitu penyakit yang akan membaik secara alamiah dalam kurun waktu 7 - 10 hari.

Akan tetapi, bila penanganan penyakit ini tidak dilakukan secara tepat, maka gejala dapat menetap hingga tiga minggu, terutama bila penderitanya memiliki daya tahan tubuh rendah atau bila disertai infeksi bakteri sekunder yang dapat menyebabkan sinusitis, otitis media akut atau pneumonia (radang paru).

Dengan potensi gejala yang dapat ditimbulkan tersebut, maka penting bagi para orangtua untuk dapat melakukan upaya pencegahan bagi para buah hatinya, dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Upaya pencegahan salesma pun dapat diajarkan sejak dini, semisal rutin mencuci tangan dengan air mengalir juga sabun, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, jauhkan anak dari orang yang bergejala selesma.

Kemudian hindarkan anak dari paparan asap rokok, senantiasa memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan, mengajak anak ke tempat terbuka atau memiliki ventilasi udara yang baik dan cukup sinar matahari.

Serta, mendapatkan vaksin influenza tepat pada waktunya.

Selain itu, untuk mencegah gangguan telinga yang diakibatkan oleh selesma, para orangtua dapat memberikan dukungan bagi tubuh anak untuk dapat mengatasi selesma, dengan cara berikanlah asupan gizi seimbang, minum air putih yang banyak, dan istirahat yang cukup.

Namun, apabila dalam kurun waktu tiga hari gejala selesma tidak juga membaik atau bahkan semakin memburuk atau jika muncul gejala gangguan telinga (keluar cairan dari telinga, telinga berdenging, dll), segeralah periksakan anak anda ke dokter anak.

"Karena selesma adalah penyakit swasirna, umumnya pengobatan yang diberikan hanya berupa obat untuk meringankan gejala seperti obat penurun panas, dekongestan, pengencer dahak, atau anti alergi," ujarnya.

"Namun bila dalam pemeriksaan dokter mencurigai adanya infeksi bakteri, dapat diberikan juga antibiotik sesuai indikasi," lanjutnya.

Bahkan, menurutnya bagi penderita selesma akut dapat dilakukan penanganan intensif, terlebih apabila hasil pemeriksaan dokter menujukan terjadinya komplikasi infeksi bakteri yang berat, diantaranya otitis media, sinusitis atau pneumonia.

"Bila kondisi penanganan selesma tidak dilakukan secara tepat atau bahkan tidak segera ditangani oleh dokter, maka peradangan telinga tengah dapat memicu dampak yang lebih berat, yakni mengakibatkan perforasi (robekan) pada membran timpani, infeksi telinga dalam, hingga gangguan pendengaran yang permanen," katanya.

Untuk layanan konsultasi dan penangangan lebih lanjut dari kondisi tersebut, dr. Tania membuka jadwal praktek di SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL, yakni Senin-Jumat mulai Pukul 15.00 - 18.00 WIB. Sedangkan pada hari Sabtu, mulai Pukul 13.00-15.00 WIB (Cipta Permana)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved