375 Ekor Sapi di Ciamis Tak Layak Jadi Kurban, 72 Ekor di Antaranya Terjangkit Penyakit Lato-lato
total ada 2.394 ekor ternak yang sudah diperiksa kondisi kesehatan ante mortemnya. Masing 1.465 ekor sapi, 836 ekor domba dan 93 ekor kambing.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Menjelang Hari Raya Kurban tahun 2023 ini Dinas Peternakan dan Perikanan Ciamis telah menurunkan 40 petugas yang dibagi atas 5 tim untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ternak kurban.
Ke-5 tim yang masing-masig tim dipimpin langsung seorang dokter hewan tersebut telah melakukan pemeriksaan hewan kurban seperti sapi, domba dan kambing sejak tanggal 7 Juni lalu sampai tanggal 2 Juli nanti.
Sampai Kamis (15/6) total ada 2.394 ekor ternak yang sudah diperiksa kondisi kesehatan ante mortemnya. Masing 1.465 ekor sapi, 836 ekor domba dan 93 ekor kambing.

Ternak yang diperiksa langsung ke kandang peternak maupun tempat penampungan.
Dari pemeriksaan ante mortem ada 715 ekor ternak yang tidak lolos atau tidak memenuhi syarat untuk jadi hewan kurban.
Ternak yang tidak lolos atau tidak memenuhi syarat tersebut masing-masing 375 ekor sapi, 312 ekor domba dan 28 ekor kambing.
“Untuk ternak yang lolos dan memenuhi syarat jadi hean kurban diberi cap “S” di badannya. Berikut disertai surat keterangan sehat,” ujar Kabid Keswan dan Kesmavet Disnakan Ciamis, drh Asri Kurnia MP kepada Tribun Jumat (16/6).
Sementara yang tidak lolos baik itu sapi, domba maupun kambing umumnya karena tidak cukup umur atau ada betina yang bunting. Diantaranya juga karena penyakit.
Khusus untuk sapi menurut drh Asri, dari 1.465 ekor yang sudah diperiksa kesehatan ante mortemnya sejak 7 Juni sampai 15/6 dengan melibatkan 5 tim tersebut sebanyak 1.090 ekor sapi lolos atau memenuhi syarat sehingga diberi cap “S” sebagai penanda.
Sedangkan 375 ekor sapi tidak lolos, terutama karena tidak cukup umur dan ada sapi bunting.
Berikut 72 ekor di antaranya karena mengindap penyakit LSD (lumpy skin disease) atau di kalangan peternak disebut penyakit lato-lato. Penyakitnya mirip benjolan.
Penyakit lato-lato ini disebabkan oleh virus poxviridae yang gampang menular baik sesama sapi, atau melalui gigtan vektor seperti nyamuk, lalat atau caplak.
Gejala timbulnya benjolan di kulit bahan leher, pungung dan perut yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Sama halnya dengan PMK, penyakit lato-lato (LSD) ini tidak menular pada manusia atau bukan merupakan penyakit zoonosis. Penyakit LSD yang parah bisa membuat sapi demam berkepanjangan, abortus (keguguran), menurunkan produksi susu hingga mandul.
Menurut dr Asri sesuai dengan surat edaran Dirjen Peternakan dan Keswan Kementan serta Fatwa MUI, ternak yang terjangkit LSD ringan boleh jadi ternak kurban. Kalau penyakitnya parah (berat) tidak layak jadi ternak kurban (tidak lolos).
Pelaku Penipuan dan Penggelapan 1,3 Ton Beras di Ciamis Ditangkap, Modus Pesan untuk MBG |
![]() |
---|
Mengenal Makna dan Filosofi Jamasan Pusaka di Situs Jambansari Ciamis Setiap Rabiul Awal |
![]() |
---|
Mengenal Situs Geger Sunten di Tambaksari Ciamis, Warisan Sejarah Galuh dan Kisah Ciung Wanara |
![]() |
---|
Harga Gula Aren Padat di Ciamis Rp19 Ribu Perkilogram, Meski Melonjak Petani Sebut Panen Turun |
![]() |
---|
Industri Keripik Pisang di Ciamis Tumbuh Pesat, DKUKMP Dorong Daya Saing Lewat Legalitas dan Kemasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.