Sosok Abah Asep, Eks TKI yang Sukses Kembangkan Desa Wisata Hanjeli Sukabumi, Perkuat Pangan Lokal

Desa Wisata Hanjeli di Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Sukabumi, menjadi lokasi wisata edukasi berbasis pangan lokal pertama di Indonesia

|
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Darajat Arianto
Sosok Abah Asep, Eks TKI yang Sukses Kembangkan Desa Wisata Hanjeli Sukabumi, Perkuat Pangan Lokal - Asep-Hidayat-Mustofa-aa.jpg
Dok. Asep Hidayat Mustofa
Asep Hidayat Mustofa, Pendiri Desa Wisata Hanjeli di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sosok Abah Asep, Eks TKI yang Sukses Kembangkan Desa Wisata Hanjeli Sukabumi, Perkuat Pangan Lokal - panen-hanjeli-di-Desa-Wisata-Hanjeli.jpg
Dok. Asep Hidayat Mustopa
Wisatawan diajak berinteraksi saat panen hanjeli di Desa Wisata Hanjeli di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sosok Abah Asep, Eks TKI yang Sukses Kembangkan Desa Wisata Hanjeli Sukabumi, Perkuat Pangan Lokal - pemandu-wisata.jpg
Istimewa
Wati (paling kiri), sedang memandu para wisatawan yang merupakan dosen-dosen dari universitas Gunadarma, Depok di Desa Wisata Hanjeli, Desa Waluran, Kabupaten Sukabumi, Sabtu akhir pekan lalu.

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kabupaten Sukabumi M Rizal Jalaludin

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Desa Wisata Hanjeli di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi lokasi wisata edukasi berbasis pangan lokal pertama di Indonesia.

Desa Wisata Hanjeli merupakan eduwisata yang terfokus dan mengkhususkan pangan lokal menjadi daya tarik wisatawan, terlebih Hanjeli yang hampir punah di Indonesia.

Di Desa Wisata Hanjeli ini dikenalkan atraksi panen Hanjeli, numbuk memakai Lisung, mengolah Hanjeli jadi beragam makanan, mulai dari Rengginang, dodol, nasi liwet hingga tepung.

Bahkan, disuguhkan juga atraksi membuat aksesoris dari Hanjeli, seperti membuat gelang. Hanjeli juga dapat dijadikan sabun.

Secara fisiografis kawasan Desa Wisata Hanjeli merupakan bagian dari bentang alam plato jampang yang berumur Miocene (17 - 28 Juta Tahun Lalu) yang terendapkan di dasar laut, kemudian terangkat ke permukaan hingga menjadi daratan.

Material endapan hasil gunung api purba tersebut menjadikan kondisi tanah-tanah di kawasan plato jampang cenderung kering (minim air).

Desa Wisata Hanjeli ini dicetuskan oleh seorang mantan Pekerja Migran Indonesia bernama Asep Hidayat Mustopa.

Baca juga: Kembangkan Desa Wisata Hanjeli Sukabumi, Asep Hidayat Dianugerahi Kalpataru dari Kementerian LHK

Tahun 2010, ia memutuskan untuk tidak kembali bekerja menjadi pegawai migran alias TKI di Timur Tengah.

Asep juga mengajak warga yang pernah senasib dengannya menjadi TKI/TKW untuk memanfaatkan potensi lokal yang dapat mendunia.

Saat itu, Hanjeli yang ia pilih untuk dikembangkan.

"Saya kebetulan mantan buruh migran atau TKI, saya mencoba mengajak ibu-ibu, karena di sini banyak TKI dan TKW juga, kebetulan tim kita hampir 80 persen mantan buruh migran," ujar Asep Hidayat Mustopa.

"Oleh sebab itu, kami ingin mereka tidak pergi lagi ke Timur Tengah, daripada ke sana yuk manfaatkan potensi yang ada di kampung kita menjadi nilai lebih, agar kita bisa meningkatkan taraf ekonomi yang sejahtera," kata Asep kepada Tribun, Jumat (9/6/2023).

Di tahun 2010, Asep mulai melakukan riset tentang Hanjeli, apa saja keunggulan dan manfaat Hanjeli yang dapat dikembangkan. Sampai akhirnya di tahun 2015 mulai masuk konsep edukasi wisata.

"Untuk konsep desa wisata, edukasi wisata berbasis pangan lokal hanjeli ini pertama di Indonesia," katanya.

"Pertama itu kami mencoba mengkonservasi si pangan ini, karena pangan ini hampir punah, waktu itu kami mencoba mengkreasikan. Kami coba olah jadi produk, dari mulai dodol, rengginang, jadi beras, jadi tepung bahkan cake, sabun Hanjeli, bahkan lain-lainnya," ucap Asep Hidayat Mustopa.

Ia menambahkan, Hanjeli memiliki kandungan protein setara beras, bahkan kandungan kalsium dan proteinnya lebih tinggi dari beras.

Karena itu, ia terus mengembangkan pangan lokal Hanjeli yang nyaris punah itu.

Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata Akhir Pekan Ini, Menikmati Kuliner Serba Hanjeli di Desa Wisata Hanjeli

"Hanjeli itu tanaman sereal sejenis padi-padian, pangan ini sebetulnya sudah hampir punah makanya kita coba konservasi agar tetap terjaga," ucap Asep.

"Lalu kandungan gizi sebetulnya dengan beras jauh, bagus hanjeli, contoh proteinnya dua kali lipat dari pada beras, beras kan 8, kalau hanjeli sampai 14 persen, bahkan kalsiumnya beras 18 persen, kalau hanjeli sampai 54 persen. Jadi artinya kalsium dan protein jauh lebih tinggi," katanya.

Konsisten, Kunci Desa Wisata Hanjeli Tetap Ramai

Semenjak dibuka menjadi lokasi edukasi wisata 10 tahun silam, hingga kini Desa Wisata Hanjeli tetap ramai pengunjung. Baik weekday ataupun weekend.

Setiap harinya selalu ada pengunjung dari berbagai daerah datang melihat langsung cara menanam hingga mengolah hanjeli.

Desa Wisata Hanjeli juga menjadi favorit setiap sekolah hingga perguruan tinggi lokal ataupun dari berbagai daerah untuk melakukan riset.

"Supaya multiple efek lebih mudah, lebih luas, sehingga kami buat desa wisata, karena di sini mengenalkan tentang bagaimana atraksi wisata mulai cara tanam, panen, numbuk pakai lisung, bahkan nampi menggunakan nampan masih terjaga sampai saat ini," kata Asep Hidayat Mustopa.

Wisatawan dikenalkan dengan hanjeli saat mengunjungi Desa Wisata Hanjeli di Kampung Waluran 2, RT 10/02, Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.
Wisatawan dikenalkan dengan hanjeli saat mengunjungi Desa Wisata Hanjeli di Kampung Waluran 2, RT 10/02, Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi. (Dok Asep Hidayat)

"Bahkan wisatawan diajak untuk membuat olahan dodol, rengginang dan lainnya, buat gelang aksesoris dari hanjeli juga," ujar Asep.

"Alhamdulillah dari situ kami bekerjasama dengan beberapa akademisi karena konsep kita konsep pentahelix, ada akademisi, bisnis, komunitas, government dan media," ujarnya.

"Alhamdulillah desa wisata hanjeli sampai saat ini terus kedatangan wisatawan, ada juga dari sekolah alam Bogor hingga perguruan tinggi, mancanegara alhamdulillah ada yang datang," terangnya.

Meskipun berada di pelosok sangat jauh dari perkotaan. Desa Wisata Hanjeli mampu menghasilkan perputaran uang puluhan juga setiap harinya.

Hal itu terjadi karena di sana juga tersedia homestay yang memanfaatkan rumah-rumah warga, terutama para pekerja yang menjadi guide dan sebagainya di Desa Wisata Hanjeli.

"Pengunjung dari sekolah alam Bogor itu meginap selama 8 hari, alhamdulillah perputaran uangnya Rp 40 - 50 jutaan, homestay 8 rumah penuh semuanya," ucap Asep Hidayat Mustopa.

Baca juga: Menparekraf: Teh Taraju Bagus Untuk Ekspor, Sandiaga Sebut Potensi Desa Wisata di Tasik Luar Biasa

"Juga ada tim guide kita punya beberapa divisi bahkan bikin olahan, termasuk kita menggabungkan konsep geopark, di dalamnya keragaman hayati, keragaman geologi dan keragaman budaya itu semuanya include jadi terintegrasi," ucapnya.

Asep mengatakan, kunci utama Desa Wisata Hanjeli tetap ramai dan terus diminati wisatawan adalah konsisten.

Dimana ia sebagai founder terus konsisten mengembangkan hanjeli agar tetap eksis dan tidak punah.

Wati (paling kiri), sedang memandu para wisatawan yang merupakan dosen-dosen dari universitas Gunadarma, Depok di Desa Wisata Hanjeli, Desa Waluran, Kabupaten Sukabumi, Sabtu akhir pekan lalu.
Wati (paling kiri), sedang memandu para wisatawan yang merupakan dosen-dosen dari universitas Gunadarma, Depok di Desa Wisata Hanjeli, Desa Waluran, Kabupaten Sukabumi, Sabtu akhir pekan lalu. (Istimewa)

"Perjuangan yang paling utama memang kita konsisten, karena hampir 10-12 tahun kami mencoba terus konsisten, jadi di sini kami lumayan banyak anak muda, di sini pun menggunakan sistem barcode, minimal digitalisasi sudah dilakukan," tuturnya.

Guide Eks TKI, Fasih Berbagai Bahasa Asing

Ada yang menarik di Desa Wisata Hanjeli ini, seluruh guide atau pemandunya merupakan eks TKI dan mereka fasih berbagai bahasa asing, dari bahasa Inggiris, Arab hingga kantonis.

"Untuk para guide latar belakang TKI, makanya kalau bahasa Arab dan Inggris saya pribadi insyaallah bisa, ada juga teh Wati bisa bahasa Arab, Inggris dan Kantonis," kata Asep.

"Artinya ada kunjungan dari wisatawan nasional kami insyaallah sudah siap untuk menjadikan lokasi wisatawan," ujarnya.

Baca juga: Desa Wisata Cibeusi Masuk 75 Besar ADWI 2023, Sandiaga Sebut Banyak Tempat Wisata Indah di Subang

Tal tertinggal, bahasa ibu yakni Sunda dan Indonesia menjadi bahasa utama yang diperkenalkan kepada wisatawan mancanegara maupun luar daerah Jawa Barat.

Asep Hidayat Mustopa berhasil mendapat penghargaan Kaplataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Asep merupakan perintis Desa Wisata Hanjeli di Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Asep Hidayat Mustopa berhasil mendapat penghargaan Kaplataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Asep merupakan perintis Desa Wisata Hanjeli di Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Dok. Asep Hidayat Mustopa)

Dari ketekunan itu, Desa Wisata Hanjeli sukses meraih berbagai penghargaan, di tahun 2022 lalu Desa Wisata Hanjeli masuk dalam kategori Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Terbaru, sang Founder mendapatkan penghargaan Kalpataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (*)

Silakan baca berita terbaru Tribunjabar.id lainnya, klik GoogleNews

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved