Kiprah Bung Karno di Bandung & Lahirnya Dasar Negara, Apriyanto Wijaya: Energi Pancasila Ada Disini

Bandung tidak lepas dari perjalanan lahirnya Pancasila yang digagas Bung Karno semasa prakemerdekaan.

Editor: Mega Nugraha
Istimewa
Apriyanto Wijaya, Wakil Ketua DPD PDIP Jabar 

TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Bandung tidak lepas dari perjalanan lahirnya Pancasila yang digagas Bung Karno semasa prakemerdekaan.

Bagi Apriyanto Wijaya, pengkaji pemikiran Bung Karno, Bandung tidak saja terkait soal aktivitas politik dan perlawanannya terhadap pemerintah kolonial.

Sebut saja soal pendirian Partai Nasional Indonesia hingga aktivitas perlawanannya pada pemerintah kolonial, yang membuatnya ditangkap kemudian diadili dan lahirlah pledooi Indonesia Menggugat yang termasyur itu.

"Bandung Bagi Bung Karno termasuk daerah yang jadi kontemplasi Bung Karno, bagaimana ide soal Pancasila itu lahir," kata dia.

Di Bandung, Soekarno bertemu petani bernama Marhaen, yang menginspirasinya terkait kehidupan rakyat yang tersisihkan imbas kapitalisme yang berkelindan dengan kolonialisme.

Pun persahabatan diwarnai perdebatan Bung Karno dengan A.Hasan, ulama Persis di Bandung, menguatkan ide soal Pancasila.

Baca juga: Hadiri Peringatan Hari Pancasila di Boyolali, Ganjar Pranowo Ingatkan Pentingnya Persatuan Bangsa

"Satu hal lagi, bandung juga berperan sangat besar terhadap pemikiran Bung Karno sebelum akhirnya muncul pidato pertama kali tentang Pancasila pada 1 Juni 1945," kata Apriyanto Wijaya, yang juga bacaleg PDI Perjuangan dari dapil Jabar II ini.

Pada 2016, Presiden Joko Widodo menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan ditetapkan sebagai hari libur. Peringatan pertama Hari Lahir Pancasila, terasa istimewa karena digelar di Kota Bandung pada 1 Juni 2016.

"Energi Pancasila ada di Bandung. Sejatinya, arah kebijakan pembangunan manusia dan ekonomi dan aspek kepentingan publik lainnya di Bandung Raya tidak melenceng dari nafas Pancasila," kata Apri, sapaan akrabnya, yang kini menjabat Wakil Ketua DPD PDIP Jabar itu.

Sebagai daerah yang dianugerah bentang alam yang indah, warganya yang ramah dan sejuknya daerah ketinggian, sejatinya, arah kebijakan pembangunan bersifat sustainable atau berkelanjutan.

"Karena pada dasarnya, nafas Pancasila dalam semua sila mengusung keberlanjutan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Apri.

Dalam aspek khusus, kebijakan kesejahteraan, misalnya. Arah kebijakan pemerintah harus menekan kesenjangan ekonomi.

Berkaca pada Marhaenisme, sekalipun Pak Marhaen dalam konsep Bung Karno memiliki segala faktor produksi yang dibutuhkan dalam menggerakan ekonomi, baik tanah, cangkul dan tenaga, namun toh tak menemukan kata sejahtera karena terjadi penghisapan manusia atas manusia atau exploitation de l'homme par l'homme.

"Konsep kesejahteraan sosial itu harus bisa menekan kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin. Jika dibiarkan tetap ada kesenjangan, bagaimana mungkin terwujud kesejahteraan sosial," kata dia.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved