Kisah 3 TKI Asal Cainjur yang Disekap di Myanmar Selamatkan Diri, Bayar Uang lalu Jalan ke Thailand

Perjuangan ketiga TKI untuk bisa sampai ke KBRI ternyata juga tak mudah. Walau berhasil keluar dari perusahaan, mereka terlantar di Myanmar

Istimewa/ Dok SBMI
Keluarga didampingi SBMI saat melapor ke Bareskrim Polri. 

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Tiga dari 20 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang disekap penyalur tenaga kerja di wilayah konflik di Myanmar akhirnya berhasil selamat.

Mereka dilepaskan setelah membayar uang tebusan. Mereka kini berada di KBRI Bangkok di Thailand, menunggu dipulangkan ke Tanah Air.

Kabar tersebut disampaikan Koordinator Departemen Advokasi DPN Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Juwarih, Jumat (5/5).

"Sekarang sudah aman, sudah selamat," ujarnya.

Baca juga: Selain Noviana Indah, Warga Parongpong Juga Tertipu Loker Online, Masih Terjebak di Myanmar

Juwarih menceritakan, kondisi TKI asal Indramayu itu berbeda dengan belasan TKI lainnya yang juga mengalami penyekapan di Myanmar.

Hingga kemarin, ungkap Juwarih, belasan TKI itu masih disekap.

"Itu mereka beda gedung, teman-teman yang dari Indramayu ini berada di gedung yang lain," ujarnya.

Juwarih mengatakan, ketiga TKI asal Indramayu yang selamat itu adalah Susrendi (31), warga Kecamatan Patrol; Yogi (27), warga Kecamatan Anjatan; dan Irgi Prastiyo (19), juga warga Kecamatan Anjatan.

Juwarih mengaku masih menunggu kabar dari KBRI Bangkok perihal tindak lanjut terhadap terhadap TKI yang berhasil selamat tersebut.

"Sekarang kondisinya ada di shelter KBRI Bangkok, mungkin di sana akan di tanya-tanya dahulu, tapi kondisinya sekarang sudah aman," ujarnya.

Juwarih mengatakan, ketiga TKI asal Indramayu ini akhirnya dilepaskan oleh para penyekapnya setelah membayar uang kompensasi sebesar Rp 12-15 juta per orang.

"Uangnya itu dari transfer keluarganya ke rekening perusahaan," ujarnya.

Namun, perjuangan ketiga TKI untuk bisa sampai ke KBRI setelah lepas ternyata juga tak mudah. Walau berhasil keluar dari perusahaan, mereka terlantar di Myanmar.

Beruntung, ujar Juwarih, lokasi mereka ketika itu berada di perbatasan Myanmar dengan Thailand.

Baca juga: Detik-detik Tiga TKI Indramayu Lolos dari Penyekapan di Myanmar, Sempat Jalan Kaki Hingga Thailand

Mereka pun akhirnya menyebrang ke negara tersebut dan berupaya mencari pertolongan. Namun, karena tidak memiliki biaya, mereka terpaksa harus berjalan kaki mencari lokasi KBRI Bangkok di Thailand.

Selama penyekapan, ungkap Juwarih, kondisi mereka mengkhawatirkan.

Karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan inilah, pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk membayar uang tebusan kepada pihak perusahaan agar mereka bisa lolos.

Kabar penyekapan terhadap puluhan tenaga kerja asal Indonesia terungkap awal April lalu menyusul rekaman video yang mereka buat dan berhasil mereka kirimkan pada keluarga mereka di Indonesia.

Dalam rekaman video itu puluhan TKI mengaku sudah tak kuat lagi. Mereka memohon Presiden Joko Widodo segera menyelamatkan mereka.

"Kami tidak sanggup lagi, nyawa kami terancam di sini. Mohon bantuannya segera mungkin," ujar salah seorang TKI.

Mereka mengatakan, ada 30 TKI yang disekap di Myanmar. Tiga di antaranya dari Indramayu. Sisanya dari Jakarta, Sukabumi, Bekasi, Medan, dan Cimahi.

Mereka mengaku selalu dipaksa untuk bekerja 18 jam setiap harinya dan disiksa jika melawan.

Tak hanya dipukul, mereka juga kerap disetrum. Kondisi tersebut sudah berlangsung hampir setahun.

Baca juga: Breaking News: Tiga TKI Asal Indramayu yang Disekap di Myanmar Kini Sudah Aman Ada di KBRI Bangkok

"Semua dokumen kami sengaja dihilangkan. Terakhir kami diterbangkan dari Malaysia ke Thailand. Dari Thailand jalur darat masuk ke negara Myanmar," ujar salah seorang TKI.

Bareskrim Polri mengaku telah mengidentifikasi perekrut puluhan warga negara Indonesia (WNI) yang hingga kini masih disekap di Myanmar. Para perekrut itu kini tengah diburu.

(handhika rahman)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved