Breaking News

Warga Kuningan Kisahkan Proses Evakuasi dari Sudan ke Indonesia, Jalan dari Pagi sampai Pagi

Yustira menceritakan kisah perjalanan pulang dari Sudan hingga tiba di Indonesia.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Ravianto
afp
Asap hitam tebal membumbung dari Kota Khartoum, ibu kota Sudan yang sedang dilanda perang saudara, Sabtu (15/4/2023). Perang terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan dengan Rapid Support Force atau RSF 

TRIBUNJABAR.ID, KUNINGAN - Yustira Nurfadilah (24) warga Desa Silebu, Kecamatan Pancalang, Kuningan yang menjadi mahasiswa di Sudan, negara di Afrika yang sedang dilanda konflik akhirnya tiba di rumahnya.

Yustira merupakan satu dari ratusan warga negara Indonesia yang dievakuasi dari Sudan yang sedang dilanda perang saudara.

"Alhamdulillah, saya di Kuningan sudah berapa hari ya? Ketika itu, hari Jum'at (28/4/2023) kami landing di Bandara Soekarno Hatta," ungkap Yustira saat mengawali perbincangan melalui sambungan selelurnya dengan TribunCirebon.com, Rabu (3/5/2023).

MASIH TERLUKA - Nani Suwartiyani (51), PMI asal Kabupaten Majalengka,  yang menjadi penyintas perang di Sudan, Afrika bagian Utara. Kakinya terluka saat evakuasi.
MASIH TERLUKA - Nani Suwartiyani (51), PMI asal Kabupaten Majalengka, yang menjadi penyintas perang di Sudan, Afrika bagian Utara. Kakinya terluka saat evakuasi. (Tribun Cirebon/ Eki Yulianto)

Yustira sendiri merupakan mahasiswa International University of Africa yang ada di Khartoum, ibu kota Sudan.

"Untuk status saya di Sudan, itu sebagai pelajar. Kebetulan saya sebagai mahasiswa fakultas tarbiyah dengan jurusan teknologi pendidikan di International University of Africa," ujar Yustira seraya menyebut bahwa ada dua warga Kuningan lainnya yang berhasil pulang bareng.

Menyinggug soal kerawanan Ibukota Sudan hingga terjadi konflik seperti sekarang, Yustira menjelaskan, pemicu konflik hingga sekarang berlangsung itu muncul sejak tahun 2018 lalu.

Baca juga: Kisah Nani saat Keluar dari Sudan, Rumah Kena Granat, Selamat Berkat Sobekan Kain Merah-Putih

"Pemicu terjadinya konflik itu setahun sebelum saya di berada di Sudan atau pada tahun 2018. Beberapa permalasahan itu perebutan kekuasaan hingga beberapa daerah rawan konflik bermunculan di sekitar Ibukota Sudan, termasuk zona kampus kami, di Hortum," katanya.

Terlepas dengan konflik terjadi, Yustira menceritakan kisah perjalanan pulang dari Sudan hingga tiba di Indonesia.

Pasalnya, ada beberapa titik rawan serta sejumlah warga termasuk warga Indonesia itu harus mendapat pelayanan keselamatan.

"Soal saya pulang dari Sudan. Itu lebih satu hari," katanya.

Mengingat perjalanan bertolak ke Indonesia, Yustira mengaku pada hari Minggu (23/4/2023) sekitar jam 10 pagi itu dilakukan pengecekan kelengkapan administrasi yang melibatkan petugas imigrasi daerah setempat.

"Hari Ahad (23/4/2023), jam 10 pagi. Kami di cek imigrasi dan dilanjutkan naik bus di Kota Sawakin menuju  kawasan pelabuhan di Kota Forsudan, dan tiba di Forsudan itu jam 23.30 tengah malam," katanya.

Bersamaan waktu tadi, Yustira mendapat perhatian hingga di persilakan untuk beristirahat. Sebab, perjalanan lama untuk bisa ke bandara menuju penerbangan ke Indonesia.

"Iya, tiba di Port of Sudan, kami istirahat dan pagi harinya, sekitar jam 8. Kami harus melanjutkan perjalanan ke Jeddah. Nah, jarak tempuh dalam perjalanan mulai jam 8 pagi hingga sampai tujuan di kota Mina atau pelabuhan milik militer Saudi itu sekitar jam 6 pagi," katanya.

Dari perjalanan tadi, Yustira bareng rombongan lain termasuk WNI, sempat bermalam di hotel.

"Usai check out, kira - kira jam 10 pagi jalan menuju bandara di sana, dan bisa bertolak pada jam 4 sore hingga tiba di Soeta itu Jam 6 pagi, hari Jum'at (28/4/2023)," katanya.(Laporan Kontributor Kuningan Ahmad Ripai)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved