Kasus Pelajar Bacok Pelajar di Sumedang, P2TP2A Sebut Sudah Ada yang Minta Bantuan

P2TP2A Sumedang menyebut telah menerima permintaan bantuan untuk pelaku anak dalam kasus pelajar bacok pelajar hingga meninggal dunia.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Tribun Jabar/ Kiki Andriana
Kapolres Sumedang, AKBP Indra Setiawan memamerkan empat dari delapan pelaku pembacokan maut pelajar SMK PGRI 2 Sumedang di Mapolres Sumedang, Senin (13/3/2023). 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEANG - Pusat Pelayanan Terpadu Perlindugan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sumedang menyebut telah menerima permintaan bantuan untuk pelaku anak dalam kasus pelajar bacok pelajar hingga meninggal dunia di Sumedang

Wakil Ketua P2TP2A Sumedang, Retno Ernawati, mengatakan permohonan bantuan itu baru sebatas komunikasi melalui pesan WhatsApp. 

Delapan orang yang empat di antaranya merupakan anak di bawah umur ditangkap polisi.

Mereka membacok pelajar berinisial IDS (18) pada Jumat (10/3/2023).

IDS meninggal dunia

Namun, P2TP2A menunggu arahan resmi dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sumedang.

Sebab kasus pidana itu telah ditangani Polres Sumedang. 

Baca juga: Aksi Brutal Para Pelaku Pembacokan Pelajar di Sumedang, Polisi Sebut Tak dalam Pengaruh Miras

"Nanti secara prosedural ada arahan dari Unit PPA Polres. Korbannya meninggal dunia, kalau pelaku anak atau anak berkonflik dengan hukum kemungkinan akan meminta pendampingan sosial, psikologis, dan lain sebagainya," kata Retno.  

Kapolres Sumedang, AKBP Indra Setiawan, menjelaskan, aksi para pelaku bukan tawuran pelajar.

Tindakan itu murni penganiayaan. 

Saat memamerkan kedelapan tersangka di Polres Sumedang, Senin (13/3/2023), dia menanyakan kepada beberapa di antara tersangka terkait motivasi melakukan kejahatan berpasal 170 KUH Pidana itu. 

IF (21) salah satu tersangka menjawab bahwa dia tak tega membiarkan adik kandungnya RPW (18) dalam masalah. 

Wakil Ketua P2TP2A Kabupaten Sumedang, Retno Ernawati.
Wakil Ketua P2TP2A Kabupaten Sumedang, Retno Ernawati. (Tribun Jabar)

"Bantu adik, Pak. Adik kandung. Bawa senjata juga disuruh adik," kata IF yang sehari-hari bekerja sebagai buruh.

Jawaban mereka rata-rata karena ingin membantu teman yang sedang dalam masalah.

Hasutan utama sehingga mereka melakukan kejahatan itu adalah RPW dibuntuti orang yang mengancam.

Namun, indra mengatakan, alasan tersebut belum bisa dibuktikan. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved