Kisah Sukses Punia Giri, Dulu Kerja Sebagai Buruh Pabrik, Kini Membangun Usaha Batik

Punia Giri punya caranya sendiri untuk mengembangkan keinginannya berbisnis batik. Dulu ia bekerja sebagai buruh pabrik.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Punia Giri, pemilik usaha batik Kami Suka, saat ditemui di Graha Manggala Siliwangi, Kota Bandung, Sabtu (18/2/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR. ID, BANDUNG - Punia Giri punya caranya sendiri untuk mengembangkan keinginannya berbisnis batik.

Perempuan kelahiran 13 Januari 1983 ini menceritakan proses perjalanan membentuk usahanya yang bernama Kami Suka pada 2014, yaitu pakaian batik dengan konsep kombinasi batik tenun Indonesia dengan memadukan teknik shibori.

Punia mengatakan, sebelum memulai usaha batiknya ini, ia bekerja sebagai buruh pabrik.

Setelah berhenti bekerja, ia pun berkeliling Indonesia mencari sesuatu yang memang ia sukai.

Baca juga: Bowo yang Bekerja di Jasa Cuci Mobil Pasrah, Tunda Naik Haji Tahun Ini, Bingung Lunasi Kekurangan

"Saya suka batik dan memutuskan sempat keliling Indonesia. Ternyata batik Indonesia itu besar dan macamnya juga banyak," ujar Puri saat ditemui di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Sabtu (18/2/2023).

Ia pun menganalisis dan mempertanyakan kenapa ketika batik ke luar negeri dianggap keren tetapi sebagai pemilik batik, cukup banyak yang tidak menghargai batik.

"Sejak saat itu saya punya impian, saya mau usaha batik tetapi tujuannya enggak hanya dapat uang tetapi ingin mengedukasi orang-orang kenapa harga batik bisa mahal, karena melibatkan proses panjang yang dibuat oleh perajin," ujar Punia.

Punia Giri melihat bahwa batik ini cukup banyak peminatnya, tetapi kalangan usia 35 tahun ke atas.

Baca juga: Raffi Ahmad Tambah Bisnis Baru di Sektor Transportasi, Suami Nagita Bakal Beli Perusahaan Taksi

Ia ingin menggaet generasi muda, yaitu milenial dan gen Z, untuk mulai menyukai batik lewat fesyen.

"Awal terjun di batik saya juga merasa kenapa ya terlihat old fashion, motif dan bentuknya juga seperti kurang fashionable."

"Lewat Kami Suka, saya coba kombinasi antara tenun dan batik dengan potongan yang berbeda " kata dia.

Meskipun saat ini pelanggan Kami Suka masih didominasi oleh orang tua, konsep batiknya masuk ke kalangan anak muda yang bisa digunakan sebagai pakaian sehari-hari.

Dalam proses pembuatan batik ini, Punia juga melibatkan banyak perajin dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun, untuk teknik shibori, ia kerjakan sendiri setelah ia pelajari dari negeri sakura.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved