Kehadiran Lembaga Penjamin KUR Berperan Penting untuk Optimalkan Penyaluran Kredit

Kehadiran Lembaga Penjamin KUR Berperan Penting untuk Optimalkan Penyaluran Kredit

Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
Indonesia.go.id
Ilustrasi KUR 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) penting untuk mendorong peningkatan kredit inklusif. Sektor dengan realisasi KUR terbesar di Jawa Barat adalah perdagangan besar dan eceran sebesar 54,52 persen dan sektor pertanian 14,72 persen yang juga merupakan kontributor utama perekonomian Jabar.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Bambang Pramono mengatakan, dari sisi penjaminan, program KUR juga didukung dengan 12 lembaga penjamin kredit

Kehadiran penjaminan pada program KUR semakin mendukung prinsip kehati-hatian selama masa penyaluran kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. 

Baca juga: BSI dan Kemenkeu Siapkan Program KUR Syariah Agar UMKM Naik Kelas Termasuk Edukasi Literasi Keuangan

"Market kita berhak menerima pembiayaan. Kenyataannya sejak dulu mereka hidup bank emok di Jawa Barat," ujarnya, 
dalam acara Penelitian Empirik Dalam Rangka Penyusunan Rancangan Undang-undang tentang perubahan atas undang undang nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan, Kamis (9/12/2023) di Universitas Pasundan. 

Masalahnya, kata dia, bank emok menghimpun dana dari orang, dananya dari bank itu sendiri untuk dipinjamkan

"Kalo rugi itu hilang, mengambil suatu resiko. Suatu lembaga intermediari, menghimpun dana dimana dia mismatch management, dana dalam jangka pendek ia pinjamkan dalam jangka panjang nah ini harus hati-hati," ujarnya. 

Menurutnya, harus memastikan pada saat deposa atau dana pihak ketiga akan diambil itu saat diperlukan.  

Bambang memastikan, ditengah gejolak eksternal, produsen dan konsumen daya belinya terjaga. 

"Menjaga pertumbuhan ekonomi, tidak hanya mengandalkan perusahan besar dan menengah, kita perlu memperdayakan yang mikro. Sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru," katanya.

Suasana Penelitian Empirik di kampus UNpas
Suasana Penelitian Empirik di kampus UNpas ()

Ia menuturkan, pedagang mikro jumlahnya masih banyak dan perlu peran lembaga penjaminan serta kinerja penyaluran kredit UMKM perlu dioptimalkan

Sebagai informasi, penyaluran kredit UMKM tumbuh sebesar 9,21 persen (yoy) pada triwulan IV 2022, jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh signifikan sebesar 19,74 persen (yoy). 

Perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan penyaluran Kredit modal kerja (KMK) menjadi 9,01 persen (yoy), sementara kredit investasi meningkat sebesar 9,85 persen (yoy).

Berdasarkan sektornya, perlambatan kredit UMKM disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan pada sektor perdagangan besar & eceran menjadi 10,63 persen (yoy) dan sektor industri pengolahan menjadi 4,29 persen (yoy). Sementara kredit UMKM di sektor konstruksi masih terkontraksi meskipun membaik di periode laporan.

Baca juga: Presiden Jokowi Sebut 90 Persen Penerima KUR Kaum Emak-emak di Pasar

Perlambatan penyaluran kredit UMKM pada sektor industri pengolahan dan perdagangan searah dengan perlambatan kredit korporasi.

Rasio penyaluran kredit UMKM terhadap keseluruhan kredit tercatat sebesar 22,05 persen, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 22,11 persen.

Sementara itu, risiko kredit UMKM yang tercermin dari NPL gross tercatat sebesar 4,06 persen, lebih rendah dari sebelumnya sebesar 4,26 persen.

Adapun NPL gross kredit UMKM tersebut masih lebih tinggi dibandingkan NPL gross total kredit di Jawa Barat yang sebesar 2,78 persen pada periode yang sama.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved