Ratusan Barang Bukti Kejahatan di Garut Dimusnahkan, Kasus Asusila Anak di Bawah Umur Paling Banyak

Di awal tahun 2023 kasus rudapaksa terhadap anak di bawah umur mengalami peningkatan setelah kasus narkoba. Kebanyakan pelakumerupakan orang terdekat

Tribun Jabar/ Sidqi Al Ghifari
Ratusan barang bukti hasil kejahatan seperti obat-obatan terlarang, senjata tajam dan kasus rudapaksa yang terjadi di Garut dalam kurun waktu tiga bulan terakhir dimusnahkan di Kejaksaan Negeri Garut, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (6/2/2023). 

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Kejaksaan Negeri Garut memusnahkan puluhan barang bukti hasil sitaan kejahatan di Kabupaten Garut mulai dari senjata api, narkotika hingga kasus asusila.

Kepala Kejaksaan Negeri Garut, Neva Sari Susanti mengatakan, di awal tahun 2023 kasus rudapaksa terhadap anak di bawah umur mengalami peningkatan setelah kasus narkoba.

"Rudapaksa setelah narkotika, terakhir yang masuk itu ada 20 kasus selama kurun waktu Januari dan awal Februari ini," ujarnya saat diwawancarai setelah pemusnahan barang bukti di Kejaksaan Negeri Garut, Senin (6/2/2023).

Ia menuturkan kasus rudapaksa paling banyak terjadi di wilayah selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Menurutnya, kebanyakan pelaku diketahui merupakan orang terdekat dari korban.

"Kasusnya kebanyakan di wilayah selatan, korbannya anak di bawah umur, pelakunya orang terdekat bahkan keluarga orang tua," ungkapnya.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengaku prihatin dengan kondisi maraknya kasus asusila yang terjadi di Kabupaten Garut.

Ia menuturkan, salah satu alasan hal tersebut terjadi lantaran disebabkan oleh masalah ekonomi.

"Memang betul seperti yang dikatakan Pak Bupati bahwa salah satu penyebabnya adalah ekonomi, dan ini pun sedang terus kita lakukan bagaimana kemiskinan tertanggulangi," ujarnya.

Ia meminta semua pihak seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat agar turun langsung ke untuk memberikan pemahaman-pemahaman dan penyuluhan secara langsung.

Helmi menjelaskan masalah ekonomi bisa menjadi salah satu alasan para pelaku kejahatan seksual menjalankan aksinya.

"Contoh misalkan dia miskin, punya satu kamar, tidur sama bapaknya, ini kan hal yang riskan, makanya ini secara simultan masalah ekonomi, sosial dan agama harus kita tingkatkan," ungkapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved