Candi Bojongmenje Rancaekek Terendam Banjir, Air Hingga Mencapai 1,5 Meter, Kondisinya Kumuh
Candi Bojongmenje, di Rancaekek Kabupaten Bandung terendam banjir. Tinggi muka air (TMA) yang menggenang mencapai 1,3 meter hingga 1,5 meter.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Candi Bojongmenje, di Rancaekek Kabupaten Bandung terendam banjir. Tinggi muka air (TMA) yang menggenang mencapai 1,3 meter hingga 1,5 meter.
Menurut penemu Candi Bojongmenje dan yang kini menjadi pengelola situs tersebut, Abah Ahmad (62), banjir kali ini merupakan banjir terbesar yang merendam area candi.
"Sabtu sore hujan deras, Sabtu malam mulai banjir, hari Minggunya banjir tinggi, air mulai surut hari Senin, dan sekarang Selasa air surut," ujar Ahmad, saat ditemui di Candi Bojongmenje, Selasa (20/12/2022).
Ahmad mengungkapkan, sebelumnya, belum pernah banjir sebesar dua hari kemarin, dulu paling ketinggian air hanya mencapai 70-80 sentimeter.

"Banjir yang paling besar, air tingginya mencapai 1,3 meter hingga 1,5 meter. Itu bekas banjirnya masih terlihat," ujar Ahmad, sambil menunjukan tembok yang terlihat bergaris cokelat setelahnya terendam banjir.
Kini kata Ahmad, tinggal menyisakan lumpur dan sampah, sisa banjir kemarin.
"Sekarang mah tinggal beres-beresnya, itu baru sebagian diberesin," kata Ahmad.
Memang kondisi sekarang area candi terlihat kumuh, masih banyak lumpur tersisa. Bahkan sampah berserakan, mulai dari jalan gang yang menuju candi, hingga area candi.
Namun sebagian jalan sudah terlihat bersih dan tak ada sampah, selain itu di luar pagar candi terdapat sampah yang menumpuk. Hal itu karena sudah dibersihkan Ahmad bersama cucunya.
Baca juga: Pilu Nadine Kehilangan Ibu dan Kakaknya akibat Banjir Bandang Sawahdadap Sumedang, Sang Ayah Lemas
Di area galian penemuan candi menjadi seperti kolam, karena masih terendam air. Selain itu batu candi yang diangkat ke atasnya, masih terlihat berlumpur.
Rumput-rumput di area candi juga terlihat coklat karena masih berlumpur.
Memang kata Ahmad, membersihkan area dan jalan menuju candi yang panjangnya sekitar 300 meter, dari sampah dan lumpur sisa banjir melelahkan.
"Tapi, mau gimana lagi itu sudah jadi tugas, selain itu juga kan jalan ini kerap dijadikan jalan pintas warga, jadi kasian kalau tak dibersihkan," tuturnya.
Kalau tidak banjir, Ahmad mengaku, pihaknya membersihkan area candi daru rumout liar kalau banjir membersihkan area candi dari lumpur dan sampah sisa banjir.
"Dari satu kali musim hujan, candi biasanya bisa terendam banjir 7 sampai delapan kali," katanya.
Ahmad mengatakan, kini yang sulit adalah membersihkan batu-batu candi tersebut, dari lumpur sisa banjir karena tak boleh digosok.
"Jika digosok pori-pori batu akan terbuka dan akan menjadi cepat rusak," kata Ahmad.
Kini kata Ahmad, untuk membersihkan batu candi yang ditemukan pada 2002 itu hanya disiram saja, walau hasilnya tak maksimal karena masih terdapat lumpur yang menempel.
"Memang biasanya pakai mesin pompa, tapi sekarang mesin pompa untuk menyemprot membersihkan batu rusak karena terendam banjir," ucap dia.
Menurut Ahmad, hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah untuk pemeliharaan candi tersebut.
"Jangankan bantuan, yang datang untuk survei melihat kondisi sekarang setelah terendam banjir saja belum ada," kata Ahmad.
Ahmad berharap, bisa mendapatkan bantuan berupa alat semprot pompa air, untuk membersihkan batu-batu candi.
"Soalnya kalau seperti ini, khawatir jadi cepat rusak. Tapi saya mau gimana lagi," ujarnya.
Tentu kata Ahmad, pihaknya sangat berharap adanya tindakan dari pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan candi tersebut karena itu merupakan situs cagar budaya.
"Sebab kalau bantuan ataupun yang meninjau jika ini terendam banjir, hingga kini belum ada. Kalau laporan mah, tiap kejadian juga dilakukan," ucapnya. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.