Keputihan, Kenali Gejala dan Bahayanya
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Santosa Bandung Central, dr. Rinda Gita Atikasari, Sp.DV menjelaskan, Keputihan
Penulis: Cipta Permana | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sobat Tribunners, tahukah Anda, kondisi Keputihan yang dialami perempuan, dapat memicu terjadinya tingkat stres berlebihan. Meskipun keputihan, umumnya merupakan hal normal. Namun kondisi tersebut pun cukup mengganggu psikis dari kaum Hawa seperti, menimbulkan perasaan yang tidak nyaman saat beraktivitas, terlebih jika harus bertemu dengan lawan jenis.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Santosa Bandung Central, dr. Rinda Gita Atikasari, Sp.DV menjelaskan, Keputihan merupakan kondisi yang sering dialami oleh wanita sepanjang siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, masa reproduksi, maupun masa menopause.
"Keputihan sendiri dibedakan menjadi dua jenis yaitu, keputihan normal atau fisiologis dan abnormal atau patologis," ujarnya saat ditemui di RS. Santosa Bandung Central, Kota Bandung, Senin (21/11/2022).
Menurutnya, kondisi Keputihan normal atau fisiologis, umumnya terjadi sesuai dengan siklus reproduksi wanita atau sesuai dengan siklus tubuh wanita, dengan tanda keluarnya cairan berwarna bening, tidak berlebihan tidak berbau, dan tidak menimbulkan rasa gatal atau perih pada organ intim kewanitaan atau vagina.
Sedangkan, keputihan yang patologis atau abnormal, ditandai dengan jumlah pengeluaran yang banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, gatal, perih, dan disertai bau amis atau busuk.
"Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda sesuai dengan penyebab dari terjadinya keputihan. Penyebab keputihan abnormal yang paling sering adalah akibat adanya bakteri, jamur dan parasit," ucapnya.
Selain itu, Keputihan pun dapat disebabkan oleh faktor fisiologis atau proses alami dalam tubuh seperti, masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang. Keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen;
Kemudian, masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar- kelenjar rahim dan pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone;
Selanjutnya, karena Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina;
"Penggunaan akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan progesteron pun dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer. Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik," ujar dr. Rinda.
Sementara itu, kondisi Keputihan Abnormal atau keputihan patologis yang diakibatkan karena infeksi bakteri, jamur, atau virus.
Selain itu, kelelahan fisik mempengaruhi menurunnya sekresi hormon estrogen sehingga menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh Lacto- bacillus doderlein untuk proses metabolisme.
Dimana lanjutnya, sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina.
Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasit akan mudah berkembang.
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya Keputihan Abnormal adalah kurangnya menjaga kebersihan diri dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Keputihan abnormal umumnya banyak dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama pada organ kewanitaannya.
"Keputihan Abnormal tidak ada hubungan dengan faktor genetik, namun dapat disebabkan oleh multi faktor seperti, kebiasaan penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin yang tidak benar. Kemudian penggunaan sabun vagina pewangi vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab," ucapnya.
dr. Rinda menuturkan, kondisi Keputihan fisiologis dan patologis tentunya memiliki dampak masing-masing bagi perempuan.
Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya.
Keputihan patologis yang berlangsung terus menerus, terutama yang disebabkan oleh bakteri, jamur maupun parasit akan menganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas.
Pada ibu hamil, kondisi ini dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan (KJDK), kelainan kongenital, lahir premature, dan kondisi beresiko lainnya jika keputihan patologis dibiarkan secara terus menerus.
Lalu, apakah kondisi Keputihan Abnormal bisa dicegah.
Menurutnya, Keputihan Abnormal dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan daerah kewanitaan atau vagina. Mulai dari memperbaiki cara membasuh yang salah.
"Memperbaiki cara basuh organ kewanitaan atau vagina yang benar, meski sederhana namun besar manfaatnya. Karena vagina yang dibersihkan dari belakang (anus) ke depan dapat meningkatkan resiko masuknya bakteri ke dalam vagina, yang berpotensi menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan. Maka cara yang benar adalah dari depan ke belakang," ucapnya.
Selain itu, cara mencegah Keputihan Abnormal adalah, rutin mengganti pakaian dalam.
Bahkan, pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat perpindahan kuman dari udara ke dalam alat kelamin.
"Dengan panas dari setrika, bakteri, jamur, dan parasit, umumnya akan mati. Sehingga menyetrika pakaian dalam dapat menghindarkan infeksi kuman melalui pakaian dalam," ujarnya.
Selanjutnya, wajib dihindari adalah bertukar handuk, karena handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur, dan parasit. Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna handuk tersebut, sehingga gunakanlah satu handuk untuk satu orang.
Berikutnya, menghindari penggunaan celana ketat. Celana ketat dapat menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab.
Kemudian, menghindari menggunakan sabun yang bukan khusus vagina. Karena sabun tersebut bersifat basa yang berpotensi dapat membunuh flora normal dalam vagina.
Dengan ekosistem normal di dalam vagina yang terganggu akan menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik.
"Sabun cuci vagina yang digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina yaitu, 3,8-4,2. Kemudian kita juga harus selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaan jika sedang berada di toilet umum. Biasakan, mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin, sebab tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi," ucapnya.
Terakhir, sering menganti pembalut. Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat menghindari vagina dari kelembaban.
dr. Rinda menambahkan, jika terjadi peradangan akibat infeksi dari Keputihan, lebih baik segera konsultasikan kepada dokter spesialis kulit dan kelamin atau spesialis dermatologi dan venereologi di rumah sakit.
RS Santosa Bandung Central memiliki layanan konsultasi maupun pengobatan keputihan baik normal maupun abnormal yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Untuk jadwal praktek/konsultasi saya di RS. Santosa Bandung Central, setiap hari Senin - Rabu sore," katanya