Kisah Sukses Pemuda di Pangandaran Budidayakan Entok Hias dan Entok Jumbo, Harganya Wow
Andri Habibi memilih usaha budi daya entok hias dan entok jumbo karena dianggap jenis usaha yang cukup menjanjikan.
Penulis: Padna | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna
TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Seorang pria muda asal Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sukses menggeluti budi daya entok hias dan entok jumbo.
Pria ini bernama Andri Habibi, yang memulai budi daya entok hias dan entok jumbo saat pandemi Covid-19.
Andri Habibi memilih usaha budi daya entok hias dan entok jumbo karena dianggap jenis usaha yang cukup menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Selain untuk usahanya, memelihara entok karena sudah sebagai hobinya.
Baca juga: Pengusaha Hiburan Malam Datangi DPRD Pangandaran, Ternyata Banyak Tambahan Usaha Tak Sesuai Izin
Entok dianggapnya termasuk hewan ternak yang tahan terhadap penyakit.
"Tinggal kemauan kitanya saja dan jangan sungkan belajar, apa pun itu yang bisa kita geluti dan ditekuni secara maksimal akan menjadi manfaat," ujar Habibi melalui WhatsApp, Jumat (18/11/2022) sore.
Menurut Habibi, di kalangan komunitas peternak paradigma entok konsumsi saat ini banyak yang bergeser ke fashion.
"Kalau jenis entok hias yang saya pelihara, jenisnya entog rambon milenial dan rambon bondol kaji yang masing-masing memiliki ciri dan keunikan yang berbeda."
"Bondol kaji dari kepala dan leher putih di dada sayapnya ada corak batik warna nyentrik," katanya.
Setiap bulan, di komunitas peternak entok Maruyungsari atau disingkat Petromas ada kegiatan kopdar dengan beberapa komunitas lainnya.
"Malah, belum lama ini ada anggota Petromas yang mengikuti kontes Piala Wakil Wali Kota Banjar untuk berpartisipasi," ucapnya.
Menurutnya, jenis entok hias bisa dilihat dari estetika dan keindahan corak dan warna pada bulunya.
Adapun jenis entok jumbo yang biasa untuk konsumsi kriterianya pada bobotnya.
Semakin berat bobot entoknya tersebut, maka akan semakin mahal harganya.
"Kalau entok hias ini bisa dilihat pada estetika keindahan warna bulunya seperti rambut silver corak batik," kata Habibi.
Entok jenis jumbo pada umumnya memiliki warna yang putih polos dan bobot serta umurnya sekitar 4 bulan.
Umur 4 bulan biasanya sekitar 3,5 kilogram dan dewasa 7 bulan bobotnya sekitar 6 kilogram.
Pakan entok ini cukup sederhana, hanya menggunakan pur dan pakan alternatif lainnya yang alami seperti eceng gondok dan sayur-sayuran.
Harga entok jumbo pada umur 4 bulan siap jual mencapai Rp 300 ribu.
Adapun harga hias bondol kaji untuk indukan Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta.
"Sementara, anakan umur 1 sampai 7 hari terah jumbo konsumsi dijual sekitar Rp 50 ribu," katanya.
"Untuk penjualan, biasanya kami melalui jejaring medsos di komunitas. Karena berbasis hobi dan masih terbuka luas pasarnya."
Sebagai pemuda kampung, ke depan Habibi ingin bisa menjadi inspirasi untuk membangkitkan ekonomi masyarakat lainnya.
"Ya, jangan sungkan untuk belajar juga. Mari, kita belajar dan ditekuni secara maksimal," ujar Habibi. (*)