Pilpres 2024

Pertemuan Anies Baswedan-Aher Menjelang Pilpres 2024, Begini Analisis Pengamat Politik Unpad

Firman Manan menyampaikan bahwa ada permasalahan, yakni koalisi itu perlu memenuhi threshold 20 persen sehingga tiga partai itu harus berkoalisi.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Hermawan Aksan
Chaerul Umam/Tribunnews
Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga bakal calon presiden yang didukung Partai Nasdem Anies Baswedan, tiba di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Minggu (30/10/2022), untuk bertemu dengan Ahmad Heryawan. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan menganalisis pertemuan calon presiden Anies Rasyid Baswedan dengan mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menjelang Pemilihan Presiden 2024.

Firman Manan menilai nama Ahmad Heryawan (Aher) adalah kandidat yang didorong PKS, bahkan elite-elite PKS menyebut bahwa PKS mengerucutkan nama dengan mendorong Aher untuk posisi cawapres mendampingi Anies Baswedan yang sudah dideklarasikan NasDem.

"Tentu ini bagian dari mengkomunikasikan kemungkinan potensi Kang Aher untuk dipasangkan dengan Mas Anies yang sejauh ini terlihat sebagai kandidat tunggal bila poros koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat terwujud," ujarnya saat dihubungi, Minggu (30/10/2022).

Baca juga: Ridwan Kamil Jawab Perjodohan dengan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024

Firman pun menyebut PKS memiliki kepentingan untuk urusan ini.

Sebab, jika berbicara soal pasangan, katanya, bagaimanapun Anies Baswedan sudah terhubung dengan NasDem sebagai partai yang mendeklarasikannya.

"PKS butuh pasangan yang bisa terhubung dengan Anies untuk pileg."

"Jadi, kandidat pilpres bisa memberikan efek elektoral pada PKS."

"Tentu wajar kemudian PKS mendorong nama Aher sejauh ini menjadi kandidat tunggal PKS," ujarnya.

Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Firman Manan menyampaikan bahwa ada permasalahan, yakni koalisi itu perlu memenuhi threshold 20 persen sehingga tiga partai itu harus berkoalisi.

Tetapi, masalahnya apakah NasDem dan Demokrat sepakat dengan nama Aher.

"Kan sampai sekarang Demokrat masih mendorong mas AHY dan NasDem justru mengajukan nama alternatif, yakni Jenderal Andhika Perkasa dan Khofifah."

"Jadi, masih menjadi masalah di sana. Partai-partai masih menawarkan nama yang berbeda," katanya.

Masalah kedua, lanjutnya, ketika berbicara pentingnya kandidat wakil, Anies Baswedan sempat menjelaskan ada tiga kriteria untuk dimiliki pasangannya nanti, yakni memberikan dukungan (insentif) elektoral, menjaga koalisi, dan efektivitas pemerintahan nanti ketika terpilih.

"Saya amati cawapres memang memiliki nilai strategis dalam memberikan nilai insentif elektoral atau tambahan suara di luar yang sudah didapatkan capres."

"Kalau rumusnya begitu, maka harusnya cawapres memiliki karakter yang berbeda dengan capresnya supaya luas basis pemilihnya," ujarnya.

Menurut Firman, Anies dan Aher mempunyai kecendrungan identik figur Islam, padahal biasanya kelaziman memasangkan figur Islam dengan nasionalis.

"Nah, (Anies-Aher) ada kekurangan di sisi itu. Lalu, masalah pengalaman keduanya mantan gubernur dan biasanya pasangan itu dicari karakter yang berbeda."

"Intinya, ada kelebihan juga dari Aher yang pernah menjabat 10 tahun memimpin Jabar yang merupakan jumlah pemilih terbanyak di Indonesia."

"Namun, apakah Aher bisa mengkonsolidasikan suara di Jabar? Nah, sejauh ini yang belum terukur," ucapnya.

Nama Aher saat ini memang belum muncul dari setiap survei lantaran memang belum dijadikan sebagai kandidat serius.

Ketika disinggung terkait potensi pasangan Anies-Aher, Firman Manan pun menyebut peluang itu tentulah ada karena sejauh ini masih terlihat cair.

"Tapi, apakah bisa tidak terwujud juga kemungkinannya ada, karena ada kemiripan antara Anies dan Aher."

"Dan, kelebihan PKS juga ialah dari mesin partainya, namun kecenderungan sekarang pemilih PKS itu sudah memilih Anies, jadi kehadiran Aher tak terlalu menambah basis suara," katanya.

Di samping itu, Firman menyebut pemilih di Jabar relatif bukanlah pemilih loyal karakternya, melainkan kondisi hari ini suara terdistribusi ada yang ke Prabowo Subianto, Anies Baswedan, bahkan Ridwan Kamil.

"Ini bisa menjadi tantangan untuk membuktikan bahwa Aher mampu mengkonsolidasi suara di Jabar," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved