Nges-pill Opsi Jalan Politiknya di 2024 Saat Launcing TribunPriangan.com, Ini Kata Ridwan Kamil
Ridwan Kamil nges-pill opsi jalan politiknya di 2024 saat launcing TribunPriangan.com
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengungkapkan harapannya untuk tahun politik 2024
saat menghadiri launching TribunPriangan.com di Trans Convention Center Bandung, Kamis (20/10). Ia pun mengungkapkan tiga opsi yang bisa dipilih untuk dijalaninya pada Pemilu 2024.
Ia mengatakan pada 2024, ia bisa mencalonkan diri menjadi Presiden RI, kembali mencalonkan diri menjadi Gubernur Jabar di periode kedua, atau mencalonkan diri menjadi gubernur provinsi lain.
"Pak Gubernur mau ke mana, saya mah gimana takdir. 2024 nasional (Pilpres) terbuka, bismillah, tidak terbuka tidak masalah. Jilid II Gubernur (Jabar) masih ada, ke provinsi lain juga bisa saja begitu," katanya.
Baca juga: Relawan Jabar Juara Siap Deklarasikan Dukungan Politik untuk Ridwan Kamil, Jubir: RK Sosok Terbaik
Entah bercanda atau serius, Ridwan Kamil mengatakan visi misinya sebagai presiden atau kembali jadi gubernur sekalipun, adalah mengupayakan perawatan wajah ditanggung BPJS Kesehatan.
"Visi misi barunya harus sama, yaitu skin care ditanggung BPJS, menuju Indonesia glowing. Itu kalau dikampanyekan ibu-ibu nyolok semua," katanya.

Ridwan Kamil mengatakan hal paling penting pada 2024, katanya, adalah kondusivitas.
Baca juga: Relawan Jabar Juara Siap Deklarasikan Dukungan Politik untuk Ridwan Kamil, Jubir: RK Sosok Terbaik
Tidak boleh ada pertengkaran dalam pesta pesta demokrasi sehingga mudah-mudahan tidak ada lagi polaritas di 2024
"Siapapun yang dipilih, kita dukung. Dan tentunya siapa yang terpilih itu takdir Allah, sudah tertulis. Manusia hanya tinggal menjemput tapi dengan cara fastabiqul khoirot demokrasi, demokrasi yang berlomba-lomba pada kebaikan, bukan menang karena black campaign, bukan pemenang karena menyerang, tapi menang karena memberi solusi, memberikan prestasi, inspirasi, pada demokrasi kita, dan itu hanya bisa sampai kalau pilar demokrasi yang bernama media mengawal itu dengan netralitasnya," katanya.