Nyeri dan Kedutan pada Wajah

Kedutan pada wajah merupakan kondisi pergerakan otot - otot wajah yang berkontraksi berulang - ulang tanpa kendali atau tidak terkontrol

Penulis: Cipta Permana | Editor: bisnistribunjabar
istimewa
Dokter Spesialis Bedah Saraf Santosa Hospital Bandung Kopo, dr. Arief Setia Handoko, Sp.BS 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sobat Tribunners, pernahkah Anda mengalami kondisi kedutan pada area wajah yang secara tiba-tiba, dan umumnya terjadi di area mata?
Meski dalam beberapa kasus, seringkali kedutan pada wajah dapat menghilang dengan sendirinya dalam waktu hitungan menit atau hingga beberapa hari.

Namun, jika kedutan pada wajah terjadi terus-menerus, kemungkinan kondisi tersebut menunjukkan adanya masalah pada bagian motorik dalam sistem saraf pusat, yang jika dibiarkan, apalagi terasa nyeri, dibutuhkan tindakan medis untuk menanganinya.

Dokter Spesialis Bedah Saraf Santosa Hospital Bandung Kopo, dr. Arief Setia Handoko, Sp.BS menjelaskan, kedutan pada wajah merupakan kondisi pergerakan otot - otot wajah yang berkontraksi berulang - ulang tanpa kendali atau tidak terkontrol.

Menurutnya, secara umum kondisi kedutan terjadi pada satu sisi wajah saja, namun bisa juga terjadi pada dua sisi wajah. Meskipun hal tersebut sangat jarang ditemukan."Kedutan yang semakin sering, menyebabkan otot-otot wajah menjadi tegang (spasme). Keadaan ini sering dikenal dengan istilah Hemifacial Spasm," ujarnya saat ditemui di Santosa Hospital Bandung Kopo, Rabu (12/10/2022).

Dokter Spesialis Bedah Saraf Santosa Hospital Bandung Kopo, dr. Arief Setia Handoko, Sp.BS
Dokter Spesialis Bedah Saraf Santosa Hospital Bandung Kopo, dr. Arief Setia Handoko, Sp.BS (istimewa)

dr. Arief menuturkan, penyebab terjadinya kedutan yakni, adanya pembuluh darah yg menekan atau melekat pada sepanjang saraf nomor lima dan atau nomor tujuh, yang keluar dari batang Otak.

Sehingga setiap denyutnya akan dihantarkan sesuai saraf yang terlibat akan terjadi iritasi.

"Bila pembuluh darah tersebut menekan atau melekat pada Saraf Otak Nomor lima (Trigeminal) akan menyebabkan nyeri wajah se-sisi atau dikenal dengan Trigeminal Neuralgia. Tapi bila menekan atau melekat pada Saraf Otak Nomor tujuh, akan menyebabkan kedutan dan tegang otot-otot wajah se-sisi atau Hemifacial Spasm," ucapnya.

Menurutnya, kondisi Trigeminal Neuralgia, perlu ditangani sesegera mungkin. Sebab dampak dari kondisi tersebut, akan membuat penurunan tingkat kepercayaan diri pasien, seperti menimbulkan rasa tidak nyaman saat bertemu dengan rekan atau kolega, rasa tidak nyaman saat kerja atau istirahat. Bahkan menurunkan kualitas hidup penderita yang bisa berkepanjangan.

dr. Arief menuturkan, baik Trigeminal Neuralgia (TN) maupun Hemifacial Spasm (HFS) dapat terjadi pada semua orang. Penderita TN lebih banyak terjadi pada wanita, sedangkan HFS banyak terjadi pada pria.

Terkait rentang usia penyakit ini, terjadi dimulai dari usia dekade ke-4 terbanyak pada usia dekade ke-5.

Adapun penyebab kedua penyakit ini, sebagian besar umumnya tidak diketahui dikarenakan variasi normal posisi anatomi pembuluh darah dan saraf otak ke-5 atau ke-7 yang terlibat. Hanya berkisar 1 – 8 persen, penyebabnya dapat berupa tumor atau infeksi.

"Apabila gejala yang dirasakan baik ringan atau sudah mengganggu kegiatan sehari-hari, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter Spesialis Bedah Saraf atau Spesialis Saraf. Sehingga deteksi dini bisa segera diketahui dan diberikan penanganan yang tepat," ujarnya.

dr. Arief mengatakan, terkait tahapan gejala yang dirasakan penderita dengan Trigeminal Neuralgia, umumnya keluhan nyeri pada satu sisi wajah yang ringan dan progresif memberat.

Seringkali penderita datang memeriksakan kondisinya kepada dokter gigi atau dokter bedah mulut, dikarenakan rasa nyeri yang dialami menyerupai nyeri pada gusi atau gigi.
Bahkan, tidak jarang pula penderita akan datang memeriksakan dirinya ke dokter spesialis saraf, baik karena nyeri wajahnya atau kedutan/spasme otot wajahnya.

"Namun, bila setelah melewati beberapa kali pengobatan, pasien tidak tampak mengalami perbaikan atau kondisinya memburuk, maka akan dikonsultasikan ke dokter Spesialis Bedah Saraf untuk dilakukan penanganan yang tepat," ujarnya.

dr. Arief menjelaskan, untuk penanganan, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, untuk kondisi gejala ringan, dapat dimulai dari pengobatan menggunakan obat-obatan yang dikonsumsi per oral atau suntikan, sesuai dengan resep dan anjuran dokter.

Namun, apabila dengan obat-obatan yang diminum sesuai anjuran dokter tidak memberikan perbaikan yang signifikan, maka akan dipertimbangkan adanya tindakan invasif atau pembedahan.

"Apabila dengan obat-obatan yang diminum sesuai anjuran dokter dalam 3 – 4 bulan tidak memberikan perbaikan yang signifikan atau kondisi yang progresif memberat, sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya, maka akan dipertimbangkan adanya tindakan pembedahan," ucapnya.

Santosa Hospital Bandung Kopo dapat melayani tindakan pembedahan sebagai upaya penanganan bagi pasien yang mengalami Trigeminal Neuralgia maupun Hemifacial Spasm.

Bahkan, lanjutnya pihaknya rutin lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa MRI otak dan pembuluh darah otak, untuk hasil observasi yang lebih detil.
Hasil-hasil dari pemeriksaan tersebut sangat menunjang tindakan bedah saraf untuk melepaskan perlekatan atau tekanan pembuluh darah terhadap Saraf otak nomor 5 atau nomor 7.

"Tindakan operasi yang kami tawarkan berupa tindakan mikro, dengan luka operasi yang kecil, dikerjakan dibawah mikroskop khusus Bedah Saraf. Sehingga proses penyembuhan luka lebih cepat," ujarnya.

"Proses tindakan pada saraf yang terganggu pun dikerjakan dengan sangat teliti, sehingga penyembuhan penyakit dan perbaikan kondisi pasien akan keluhannya dapat dirasakan segera paska operasi pada pasien nyeri wajah (Trigeminal Neuralgia) maupun kedutan wajah (Hemifacial Spasm)," tambahnya.

Bahkan menurutnya, dengan fasilitas peralatan yang canggih dan metode tersebut, lama perawatan pasien paska operasi akan jauh lebih singkat, berkisar dua atau tiga hari paska operasi, pasien sudah kembali ke kondisi normal dan bisa dipulangkan dengan hasil perbaikan.

Dirinya menambahkan, untuk mengetahui gejala yang dialaminya, pasien dapat melakukan konsultasi dengan dokter bedah saraf Santosa Hospital Bandung Kopo, dengan jadwal praktek, Senin s.d Sabtu, mulai pukul 08.00 - 19.00 WIB.

Namun, untuk jadwal praktek dr. Arief Setia Handoko, Sp.BS, hanya dilakukan pada Senin, Kamis, dan Sabtu.

"Kami menerima dan melayani seluruh pasien, baik itu pasien umum, kontraktor, asuransi, maupun BPJS," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved