Soal Rencana Mogok Produksi, Begini Komentar Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Jawa Barat
Ketua paguyuban perajin tahu tempe Jawa Barat, Zamaludin, membenarkan bahwa mulai minggu depan mereka tak akan melakukan produksi alias mogok produksi
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ketua paguyuban perajin tahu tempe Jawa Barat, Zamaludin, membenarkan bahwa mulai minggu depan mereka tak akan melakukan produksi alias mogok produksi menyusul melambungnya harga kedelai yang menjadi bahan baku dari tahu dan tempe.
Menurutnya, aksi mogok produksi ini bakal berlangsung mulai 17 Oktober sampai 19 Oktober.
Selanjutnya, pada 20 Oktober para perajin tahu tempe bakal kembali produksi.
Selain itu, ketika nantinya tahu dan tempe telah kembali ada, harganya pun akan mengalami kenaikan karena harga kedelai yang tinggi.
Baca juga: Harga Kedelai Naik dan Pengrajin Tahun Tempe Ancam Mogok Masal, Pengamat: Pemerintah Perlu Bersikap
"Harga kedelai per kilogram sekarang di angka Rp 13 ribu. Bulan lalu, harganya Rp 10 sampai Rp 11 ribu per kilogram."
"Memang setiap harga kedelai naik itu membuat kami (perajin tahu tempe) berat utamanya saat produksi tahu dan tempe," katanya saat dihubungi, Selasa (11/10/2022).
Zamaludin pun berharap aksi mogok yang bakal dilakukannya pekan depan dapat menjadi perhatian pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dia juga berharap masyarakat yang menjadi konsumen tahu dan tempe bisa memahami apa yang dilakukan para perajin tahu dan tempe, baik mogok produksi maupun menaikkan harga tempe dan tahunya.
"Kami harap ada bantuan dari pemerintah dan pemerintah bisa mengecek turun langsung ke bawah," katanya.
Ketika disinggung saat mogok produksi tetapi ada perajin tahu dan tempe yang tak ikutserta, Zamaludin meminta kerja sama semua perajin tahu tempe di Jabar.
"Kami tak bertanggung jawab bila saat mogok (produksi) di jalan atau di tempat dagang terjadi sesuatu yang tak diinginkan karena dari kami menyarankan tak ada sweeping," katanya.
Kenaikan harga kedelai ini, kata Zamaludin, sudah yang ketiga kalinya selama 2022.
Yang pertama, katanya, ialah pada awal 2022, kedua pada sebelum puasa Ramadan (April-Mei), dan ketiga pada Oktober.
"Sebenarnya bukan hanya kedelai tetapi bahan baku tahu tempe ikut naik, semisal garam, kunyit, plastik, dan lainnya, bahkan BBM ikut naik."
"Harusnya kan pemerintah melalui Disperindag yang lebih tahu dahulu karena mereka yang mengatur HET, dan justru kami tak diberitahu alasan kenapa kedelai naik."
"Jadi, naiknya (harga) kedelai ini sedikit-sedikit seolah menyiksa kami secara perlahan," ucapnya.
Zamaludin mengaku pihaknya telah mengedarkan surat imbauan mogok produksi ke perajin tahu tempe se-Jabar dan dia berharap semua bisa serentak mogok pada 17-19 Oktober 2022 agar Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengetahuinya.
"Kami memilih menaikkan harga tahu dan tempe pada 20 Oktober nanti dibanding mengecilkan ukuran tahu dan tempe karena bila memilih mengecilkan ukuran itu bakal memakan biaya lagi, seperti membeli cetakan lagi," ujarnya. (*)