Polban Getol Bantu Petani Kopi di Sumedang, Berikan Mesin yang Cocok Buat Olahan Fullwash dan Honey
Politeknik Bandung getol membantu petani kopi di Cimanggung, Sumedang. Kali ini memberikan mesin huller yang cocok untuk digunakan mengupas kulit ari
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Politeknik Bandung (Polban) getol membantu petani kopi di Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Pada Minggu (9/10/2022), Polban memberikan mesin huller yang cocok untuk digunakan mengupas kulit ari pada olahan kopi fullwash dan honey.
Mesin itu bertenaga listrik dengan cara penggunaan yang relatif mudah, tinggal menyambungkan mesin ke aliran listrik, dan mesin pun menyala.
Polban memberikan mesin itu ke Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Hurip Raharja di Kampung Lebakkaso, Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Kepala LMDH Hurip Raharja, Yudi Rukmana mengatakan pemberian mesin kepada LMDH ini semakin melengkapi peralatan yang memberi manfaat besar kepada para petani.
Baca juga: Dapat Mesin Pengupas dari Polban, Petani Desa Ini Bisa Olah dan Eksplorasi Kopi Dibantu Milenial
Para petani kopi di Lebakkaso menggarap lahan milik Perusahan Umum (Perum) Perhutani di Gunung Geulis.
"Setiap tahun Polban memberi alat-alat pasca-panen kopi. Ini semakin menambah lengkap alat, sehingga kami bisa tuntas mengolah kopi di kampung sendiri," kata Rukmana.
Sebelumnya, Polban memberikan mesin pulper untuk mengelupas cangkang kopi pada buah kopi yang baru dipetik.
Polban juga memberikan mesin roasting, yakni mesin untuk menyangrai biji kopi berkapasitas 10 kilogram.
Sebelum mesin diserahkan, anggota LMDH diberi pengarahan tentang cara memakai mesin huller tersebut. Sekaligus para anggota juga menyaksikan bagaimana mesin itu bekerja mengelupas kulit ari kopi dengan contoh aktivitas huller 5 kilogram kopi olahan fullwash.
"Panen kopi tahun depan, kami tak perlu lagi huller di tempat lain dengan membawa kesulitan kopi berkarung-karung yang telah dijemur. Kami bisa tuntaskan pengolahan di tempat sendiri sampai menghasilkan beras kopi (green bean)," kata Rukmana. (*)