Cacar Monyet hanya Menulari Kaum LGBT adalah Hoaks, Semua Orang Bisa Kena, Ini Gejalanya
Cacar monyet atau monkeypox tidak hanya rentan menulari kelompok LGBT, namun menjadi penyakit rentan menulari seluruh masyarakat.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar, Ryan Bayusantika Riatandi, menyatakan penyakit cacar monyet atau monkeypox yang kasusnya sudah ditemukan di Indonesia, tidak secara khusus berkaitan dengan kerentanan penularannya pada kelompok masyarakat tertentu, termasuk LGBT.
Ia mengatakan, monkeypox tidak hanya rentan menulari kelompok LGBT, namun menjadi penyakit rentan menulari seluruh masyarakat.
Hal ini disebabkan monkeypox dapat ditularkan melalui kontak erat kulit atau media lainnya.
Baca juga: Penjelasan Kenapa Orang yang Sudah Dikuris Memiliki 85 Persen Kekebalan Terhadap Cacar Monyet
"Sebetulnya tidak ada populasi khusus, semua orang masih menjadi populasi rentan. Intinya karena penularannya kontak, baik kulit ke kulit, kulit ke pakaian atau media lain seperti seprai dan handuk. Jadi semua akan menjadi populasi rentan karena tidak ada kekebalan khusus kepada monkeypox," kata Ryan di Kantor Dinkes Jabar, Kamis (25/8/2022).
Ia mengatakan siapapun, dari kelompok maayarakat manapun, yang terpenting adalah menlaksanakan perilahu hidup bersih dan sehat atau PHBS, plus melakukan 3M seperti saat mencegah penularan Covid-19.
Masyarakat pun, katanya, diminta untuk waspada dan mengegahui gejala-gejala monkeypox yang sangat khas.
"Jadi imbauan kami untuk masyarakat Jawa Barat khususnya, tetap untuk saat ini lebih waspada dengan gejala-gejala klinik monkeypox. Bila ditemukan di masyarakat ada orang dengan ruam cacar yang besar-besar, terutama daerah wajah, telapak tangan dan telapak kaki, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak, segera laporkan ke puskesmas atau rumah sakit," katanya.
Ia mengatakan belum ada kasus monkeypox di Jawa Barat sampai, Rabu (25/8). Namun, sosialisasi terus dilakukan sampai ke tingkat rumah sakit dan puskesmas.
"Jadi semua tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sekarang sudah siap, termasuk isolasi bila diperlukan. Jadi saat ini memang kasus monkeypox di Jawa Barat tidak ada. Karena ciri-cirinya tidak ada di cacar lain atau penyakit yang mirip, sampai saat ini diketahui di Jawa Barat sama sekali belum ada yang mengarah gejala kliniknya monkeypox," katanya.
Baca juga: Kadinkes Pastikan Tak Ada Cacar Monyet di Sumedang, yang Ada Pasien yang 1 Bulan Tak Mandi
Ia mengatakan WHO belum melakukan atau mengimbau masyarakat di dunia melakukan vaksinasi cacar monyet.
Di antaranya karena dengan berbagai pertimbangan, seperti jumlah kasus monkeypox yang belum terlalu banyak dan juga akses terhadap vaksinasinya yang juga belum mudah.
"Dan ternyata menurut epidemiolog pun lebih efektif dan efisien kalau kita bisa mencegah penularannya. Dengan 3M kita bisa mencegah penularan Covid 19 atau penyakit pernapasan, salah satunya penyakit kontak seperti monkeypox," katanya.
