Dulu Dikenal Rekan Kerja Paling Galak di Pabrik, Kini Pak Endo Menangis Saat Dijenguk Dedi Mulyadi

Sebelum dikenal publik seperti sekarang ini, anggota DPR RI Dedi Mulyadi merintis karirnya dari bawah. Selain

Editor: Ichsan
dok.dedi mulyadi
Dulu Dikenal Rekan Kerja Paling Galak di Pabrik, Kini Pak Endo Menangis Saat Dijenguk Dedi Mulyadi 

TRIBUNJABAR.ID - Sebelum dikenal publik seperti sekarang ini, anggota DPR RI Dedi Mulyadi merintis karirnya dari bawah. Selain pernah menjadi kernet angkot dan pedagang beras, Dedi pun pernah menjadi buruh pabrik tekstil di PT Indo Bharat Rayon di Kabupaten Purwakarta.

Meski karirnya terus menanjak, Kang Dedi Mulyadi tak pernah melupakan orang-orang yang dulu pernah bareng dengannya. Bahkan kemarin Dedi menjenguk Mang Endo teman kerjanya saat di pabrik yang kini sedang sakit. Endo dulu dikenal sebagai sosok paling galak dan kerap marah pada Dedi.

Dedi yang baru sampai di rumah Endo langsung disambut dengan pelukan. Dengan kondisi yang hanya bisa berbaring Endo terus berucap maaf sambal memeluk Dedi.

“Hampura, hampura (maaf, maaf),” kata Endo sambal menangis memeluk Dedi yang baru tiba.

Rupanya sebelum datang menjenguk, Kang Dedi Mulyadi telah mengirim orang yang biasa mengobati stroke secara tradisional. Mang Endo yang mengalami stroke sejak 10 tahun terakhir itu pun kini sudah mulai bisa bangun dan duduk dari tempat tidurnya.

Baca juga: Cerita Tentang Buah Hati dan Ditolak Kerja karena Tato, Anak Punk Menangis di Pelukan Dedi Mulyadi

Mang Endo sakit stroke sejak 10 tahun lalu. Namun ia baru pensiun dari pabrik beberapa tahun ke belakang. Meski demikian uang pensiunnya bekerja dari tahun 1982 sebesar Rp 12 juta sudah habis untuk berobat.

“Sudah, bentar lagi juga sehat. Kan dulu di pabrik Pak Endo terkenal paling galak,” ujar Dedi.

“Kan kungsi Dedi ge dicarekan (Kan dulu juga Dedi suka dimarahin),” kata Endo.

“Geus ayeuna mah ulah galak stroke mah. Sabar ayeuna mah. (Udah sekarang gak usah galak kalau stroke. Sabar sekarang mah),” timpal Dedi.

Melihat kondisi Endo yang sudah mulai membaik Dedi pun menyarankan agar dirawat secara khusus di tempat pengobatan tradisional yang sebelumnya datang ke rumah.

“Mending sekarang mah dirawat di Pak Aris (tempat pengobatan tradisional) biar cepat sehat. Udah urusan uang mah saya yang bayar. Biaya sehari-hari juga saya siapkan,” ucap Dedi.

Mendengar itu Endo pun kembali merangkul Dedi sambal menangis. Ia tak kuasa menahan haru karena sudah dibantu.

Di sela-sela obrolan keduanya pun mengenang masa saat bekerja di pabrik. Saat itu Dedi berstatus pegawai kontrak, sementara Endo pegawai tetap dan menjadi atasannya.

"Dulu saya kan kontrak gak diperpanjang, kalau Pak Endo mah kan pegawai tetap. Dulu saya (kerja) masih kuliah. Kalau Pak Endo masuk ke ruangan, saya dimarahin," ujar Dedi.

Dari obrolan tersebut terungkap pula gaji yang diterima Dedi saat bekerja sebagai buruh pabrik sebesar Rp 200 ribu per bulan. Sementara Pak Endo yang pegawai tetap mendapatkan gaji Rp 480 ribu.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved