Jejak Ganasnya PMK di Bandung Barat, Kerugian Mencapai Rp 17 M, Kini Alhamdulillah Nol Kasus Baru
Akibat serangan PMK ke ternak sapi dan domba di Kabupaten Bandung Barat, kerugian secara kalkulasi mencapai Rp 17 miliar.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Penyakit mulut dan kuku (PMK) pernah mengganas di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Bahkan, akibat serangan PMK ke ternak sapi dan domba itu, kerugian mencapai Rp 17 miliar.
Kini, Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat, memastikan KBB sudah terbebas dari kasus baru PMK.
Sebelumnya, Dispernakan KBB mencatat, total hewan ternak yang sempat terpapar PMK mencapai 13.801 ekor yang didominasi sapi perah, 27 ekor domba, dan 896 ekor sapi potong yang tersebar di Lembang, Cisarua, dan Parongpong.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dispernakan KBB, Wiwin Aprianti, mengatakan, untuk kasus PMK di Bandung Barat, saat ini sudah tinggal recovery dari hewan ternak yang sebelumnya dilaporkan terpapar.
"Namun untuk kasus baru, dalam seminggu sudah tidak ada yang terkena PMK," ujar Wiwin saat dihubungi, Selasa (2/8/2022).
Baca juga: Sapi yang Mati Karena PMK Akan Diberi Ganti Rugi Rp 10 Juta, Kata Mentan Syahrul
Dia mengatakan, untuk saat ini sapi yang masih dalam proses penyembuhan 11.665 ekor, kemudian yang mati ada 500 ekor, dipotong bersyarat 694 ekor, dan yang trading (jual beli) ada 5.364 ekor.
"Ternak mati yang terpapar PMK kebanyakan adalah pedet karena terlambat penanganan. Semoga wabah ini tidak ada muncul lagi dan semua sapi yang sedang dalam masa recovery bisa sembuh semua," kata Wiwin.
Terkait kerugian sejak PMK masuk ke KBB pada 21 Mei 2022, kata Wiwin, totalnya mencapai Rp 17 miliar.
Nilai itu dihitung bukan hanya dari sapi yang mati, tapi juga faktor lain yang ada keterkaitan secara langsung.
Baca juga: PMK di Jabar Menurun, Wagub Uu Ruzhanul: Vaksinasi dan Skrining Hewan Ternak Tetap Dijalankan
Menurutnya, dampak dari PMK ini sangat banyak, mulai dari adanya peternak yang kehilangan penghasilan dari memeras susu, pedet yang mati, produksi susu sapi turun, biaya pengobatan, dan lain-lain.
"Jadi itu semua jika dikalkulasikan dalam dua bulan mencapai Rp 17 miliar. Untuk menekan lebih banyak kerugian, sampai 1 Agustus 2022 sudah ada 12.885 hewan ternak yang divaksin sebanyak dua kali," ucapnya
Wiwin mengatakan, untuk stok vaksin hingga saat ini masih ada 21.800 dosis karena sudah mendapat tambahan dari provinsi. Jumlah itu masih cukup untuk memenuhi permintaan vaksin ke peternak. (*)