Perundungan Anak di Tasik

KPAI Cianjur Prihatin Bully Anak Dipaksa Berbuat Asusila di Tasik, Pelaku Mesti Ditangani Begini

Komisioner KPAI Cianjur, Junjun Guntara, prihatin dengan kasus bully di Tasikmalaya yang berujung pada kematian anak yang dipaksa berbuat asusila

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/FERRI AMIRIL MUKMININ
Komisioner KPAI Kabupaten Cianjur, Junjun Guntara, prihatin dengan terjadinya kasus bully atau perundungan di Tasikmalaya yang berujung pada kematian seorang anak akibat disuruh berbuat asusila dengan kucing. 

Laporan wartawan Tribunjabar.id, Ferri Amiril

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Cianjur, Junjun Guntara, prihatin dengan terjadinya kasus bully atau perundungan di Tasikmalaya yang berujung pada kematian seorang anak akibat disuruh berbuat asusila dengan kucing.

Menurutnya, kejadian perundungan di Tasikmalaya ini melibatkan anak-anak, maka perlu dilihat secara utuh dalam penanganannya. Mengingat korban dan pelaku juga anak-anak.

"Kita sangat prihatin dan menyesalkan adanya peristiwa seperti ini, anak di-bully kemudian depresi sampai menjadi korban atas perundungan tersebut, di sisi lain pelaku juga anak, jangan sampai setelah viralĀ  menjadi korban bully juga," ujar Jujun, Minggu (24/7/2022) di Cianjur.

Junjun mengajak semua pihak terkait, untuk melindungi anak-anak dari tindakan bullying.

Pada Hari Anak Nasional ini perlu menjadi momentum untuk berbenah agar menjadi lebih baik dalam melihat dan menangani persoalan-persoalan yang melibatkan anak, terlebih persoalan hukum yang melibatkan anak-anak.

Baca juga: Minta Diproses Hukum, Wagub Jabar Tegaskan Tak Ada Persetubuhan Kasus Anak dengan Kucing di Tasik

"Oleh karena itu di hari anak nasional ini, saya selaku komisioner KPAI Cianjur mengajak kepada semua pihak mari kita lindungan anak kita dari bullying karena mau tidak mau sengaja atau tidak sengaja, bully tanpa disadari sama anak-anak pasti dilakukan, akan tetapi anak pasti bisa saja menanggapi secara emosional apabila di bully yang berujung berkelahi atau kalau kelompok tawuran dan yang lainnya," katanya.

Baca juga: FAKTA-fakta Bocah di Tasik Dipaksa Asusila dengan Kucing, Sering Dirundung, Depresi dan Meninggal

Junjun menyampaikan, di sini perlunya disosialisasikan secara ketat terkait bahaya bully di kalangan anak, baik itu di Dunia pendidikan formal sekolah (SD, SMP ,SMA /SMK) ataupun di Non Formal seperti pondok pesantren atau yang lainnya.

"Mari kita berpangku semua pihak untuk melindungi anak kita dari korban bully /perundungan," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved