SOSOK Boris Johnson, Letakkan Status PM Inggris Setelah Ditinggal Puluhan Menteri dan Pejabat Tinggi

Inilah sosok Boris Johnson yang secara resmi menanggalkan statusnya sebagai Perdana Menteri Inggris pada Kamis (7/7/2022).

Editor: Giri
NET
Boris Johnson meletakkan status sebagai Perdana Menteri Inggris setelah didesak di internal partai yang dia pimpin. Sebelumnya, dia juga ditinggalkan puluhan menteri dan pejabat tinggi. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah sosok Boris Johnson yang secara resmi menanggalkan statusnya sebagai Perdana Menteri Inggris pada Kamis (7/7/2022).

Sebelum mengundurkan diri, dia ditinggal 50-an pejabat yang terdiri atas menteri dan petinggi lainnya yang selama ini membantunya.

Pengunduran diri ramai-ramai ini dilakukan lantaran Johnson dianggap tak lagi layak memimpin seusai pemerintahannya dilanda sejumlah skandal.

Langkah mundur diambil setelah Johnson mendapat desanakan dari anggota parlemen di Partai Konservatif, partai yang ia pimpin.

Meski demikian, Johnson masih akan tetap memimpin sampai Perdana Menteri baru terpilih.

Bukan cuma melepas status sebagai PM Inggris, dia juga akan mundur dari Partai Konservatif.

Karier

Karier Boris Johnson dimulai sebagai jurnalis.

Boris Johnson atau Alexander Boris de Pfeffel Johnson merupakan seorang politikus Inggris dari Partai Konservatif, yang lahir pada 19 Juni 1964.

Jauh sebelum berkarier di politik, pria kelahiran New York, Amerika Serikat, ini lebih dulu berkecimpung di dunia jurnalistik.

Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, ia mengawali karier dengan menjadi reporter untuk The Times pada 1987.

Namun, karier di The Times tak berlangsung lama karena Johnson ketahuan mengarang kutipan.

Johnson kemudian melanjutkan bekerja di The Daily Telegraph sebagai koresponden yang meliput komunitas di Eropa mulai 1989 hingga 1994.

Setelah itu, dia diangkat sebagai asisten editor The Daily Telegraph pada 1994 hingga 1999.

Bersamaan dengan karier Johnson sebagai asisten editor, ia juga menjadi kolumnis untuk majalah The Spectator.

Pada 1999, Johnson kembali diangkat menjadi editor majalah hingga sekitar 2005.

Baca juga: Tangis Ayu Pacah Saat Kaplres Subang AKBP Sumarni Serahkan Kursi Roda, Sudah Lumpuh 22 Tahun

Karier politik Boris Johnson bermula pada 1997, saat ia terpilih sebagai kandidat Partai Konservatif untuk daerah pemilihan parlemen Clwyd South.

Sayangnya, Johnson kalah telak dengan petahana, Martyn Jones dari Partai Buruh Inggris.

Nama Boris Johnson kemudian semakin tenar seusai kemunculannya di berbagai acara televisi, seperti program Have I Got News for You milik BBC pada 1998.

Kala itu, Johnson menjadi favorit karena ucapan blak-blakan serta sikapnya yang kikuk.

Ketenaran ini pun mengantarkan Boris Johnson ke kursi anggota parlemen untuk daerah pemilihan Henley on Thames.

Meski Johnson merupakan salah satu politisi paling terkenal di Inggris, tak lantas membuat dia terus berada di atas angin.

Boris Johnson beberapa kali terancam, salah satunya seusai publikasi editorialnya di The Spectator terkait Kota Liverpool.

Ia pun dipaksa untuk meminta maaf kepada kota ini.

Baca juga: Persib Bandung Bakal Pasang Nick Kuipers di Laga Uji Coba, Ciro Alves Masih Harus Istirahat

Pada 2004, posisinya sebagai Menteri Kesenian diberhentikan, setelah muncul rumor perselingkuhan antara Johnson dengan seorang jurnalis.

Namun, skandal-skandal tersebut tak banyak berpengaruh terhadap karier Boris Johnson sebagai politisi.

Dia pun kembali terpilih menduduki kursi parlemen pada 2005.

Pada 2007, Johnson terpilih menjadi kandidat Wali Kota London periode 2008 melawan petahana Ken Livingstone dari Partai Buruh.

Pada 1 Mei 2008, Johnson meraih kemenangan tipis dan memenuhi janji kampanye untuk mundur dari kursi anggota parlemen.

Pada 2012, Boris Johnson terpilih menjadi Wali Kota London untuk kedua kalinya, setelah kembali mengalahkan Ken Livingstone.

Kemenangan Johnson ini menjadi salah satu titik terang Partai Konservatif yang sempat kehilangan pendukung.

Sembari berkecimpung di dunia politik, Johnson terus menekuni hobi menulisnya.

Sejumlah buku yang ia terbitkan antara lain Lend Me Your Ears (2003), Seventy-two Virgins (2004), The Dream of Rome (2006), dan sebuah survei sejarah Kekaisaran Romawi.

Kembali ke parlemen

Boris Johnson kembali menginjakkan kaki ke kursi parlemen pada 2015, setelah memenangkan daerah pemilihan Uxbridge dan South Ruislip.

Kemenangannya ini memunculkan spekulasi bahwa dia akhirnya menantang Perdana Menteri David Cameron dari Partai Konservatif.

Adapun di masa genting Inggris, Johnson menjadi juru bicara jelang pemilihan referendum nasional 23 Juni 2016, terkait keputusan tetap bergabung atau tidaknya Inggris sebagai anggota Uni Eropa.

Hasil referendum, sebanyak 52 persen menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Keputusan ini kemudian mendorong David Cameron untuk mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri.

Seusai pengunduran diri Cameron, Partai Konservatif tak langsung mencalonkan Boris Johnson menjadi Perdana Menteri.

Dilansir dari laman gov.uk, mulai 13 Juli 2016 hingga 9 Juli 2018, Johnson menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris.

Ia kemudian terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris pada Juli 2019, setelah memenangkan pemilihan Pemimpin Partai Konservatif. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved