Gunung Anak Krakatau Tunjukkan Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Warga Diminta Jaga Jarak

Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, meningkat.

Editor: Giri
(KOMPAS.COM/RASYID RIDHO)
Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada Rabu (8/6/2022) siang. Gunung yang berada di Selat Sunda itu semburkan abu vulkanik setinggi 500 meter. Warga diminta waspada. 

TRIBUNJABAR.ID - Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, meningkat.

Peningkatan aktivitas vulkanik itu terjadi beberapa hari terakhir.

Akibatnya, pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meminta warga menjauhi kawah Gunung Anak Krakatau sejauh lima kilometer.

Berdasarkan data pengamantan pada Jumat (1/7/2022) pukul 06.50 WIB, telah terjadi erupsi yang terjadi di Gunung Anak Krakatau dengan kolom abu setinggi 500 meter dari puncak.

Erupsi terbesar terjadi pada Rabu (29/6/2022) pukul 14.51 WIB, dengan ketinggian kolom abu 2.000 meter dari puncak, dan tercatat mengalami erupsi sebanyak tiga kali.

Sedangkan pada Sabtu (2/7/2022) pukul 00.00-06.00 WIB, sudah terdapat beberapa kali rentetan gempa yakni tiga kali gempa embusan dengan amplitudo 9-20 mm, dan lama gempa 7-30 detik pada hari ini Kemudian terjadi 20 kali gempa low frequency dengan amplitudo 16-49 mm dan lama gempa 6-16 detik.

Selain itu juga 6 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 11-23 mm, dan lama gempa 6-14 detik juga terjadi di Gunung Anak Krakatau.

Baca juga: Satu Lagi Bobotoh Persib Bandung Meninggal Dunia, Jadi Korban Kekerasan Jalanan Saat Akan Nobar

Terakhir telah terjadi sekali gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-10 mm, dominan 1 mm.

Secara visual gunung tertutup Kabut 0-III, asap kawah tidak teramati.

ikutip dari Kompas.id, Jumat (1/7/2022) Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Kalianda, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik tiga hari terakhir cukup signifikan.

Meksipun demikian hingga kini, gunung itu berstatus level III atau siaga.

PVMBG sebelumnya menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) sejak 24 April 2022, pukul 18.00 WIB.

Camat Rajabasa, Sabtubi, mengatakan, sejak peristiwa tsunami di Selat Sunda pada 2018 telah membuat masyarakat di kawasan pesisir meningkatkan kewaspadaannya.

Apalagi saat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan.

Baca juga: Orgada Jabar Anggap Kebijakan Beli Pertalite Pakai MyPertamina Tidak Rasional, Ini Alasannya

Namun, kini masyarakat tidak panik dalam merespons aktivitas vulkanik tersebut, karena telah mempunyai pengalaman untuk melakukan mitigasi bencana.

Masyarakat juga melakukan komunikasi dengan petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau dan BMKG untuk mengetahui informasi perkembangan terkini aktivitas gunung tersebut.

Selain itu, pemerintah daerah telah mengupayakan jalur evakuasi tsunami di titik-titik rawan yang berpotensi tsunami.

Nantinya, jalur evakuasi akan diarahkan ke wilayah perbukitan tak jauh dari pesisir.

Baca juga: Perajin Tusuk Sate di Majalengka Kantongi Pendapatan 2 Kali Lipat, Pesanan Meningkat Jelang Iduladha

Syamsiar (50), warga Pulau Sebesi menjelaskan, aktivitas Gunung Anak Krakatau yang meningkat tidak sampai mengganggu aktivitas masyarkat Pulau Sebesi.

Meskipun Pulai Sebesi yang berjarak 10 kilometer dari Gunung Anak Krakatau dapat melihat abu vulkanik saat terjadi erupsi berserta suara dentumannya.

Sementara itu, kondisi ekosistem di tiga pulau sekitar Gunung Anak Krakatau, yakni Sertung, Panjang, dan Rakata kecil sudah membaik.

Misalnya di Kepulauan Rakata terbentuk rawa kecil di bagian tenggara pulau tersebut dengan ditemukan berbagai jenis satwa, seperti burung, kupu-kupu dan biawak. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved