Penantian Puluhan Tahun, Cisoka Sumedang Akhirnya Teraliri Listrik, Warga Tak Perlu Nyalakan Lilin
Kampung Cisoka di pelataran gunung Kareumbi di Desa Citengah, Sumedang kini teraliri listrik yang diresmikan PLN Jawa Barat dan Pemkab Sumedang
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Kampung Cisoka di pelataran sebelah utara gunung Kareumbi di Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang kini teraliri listrik.
Puluhan tahun sejak penghuni pertama datang pada 1985, kampung ini tak tersentuh jaringan listrik. PLN Jawa Barat dan Pemkab Sumedang meresmikan jaringan listrik di Cisoka, Rabu (29/6/2022).
"Sekarang kalau malam tak perlu lagi menyalakan lilin," kaya Yani Meida (45), ketua RT setempat saat ditemui di Cisoka.
Cisoka menjadi kampung terakhir di Sumedang yang teraliri listrik. Sebelumnya, PLN dan Pemkab Sumedang juga membangun jaringan listrik ke Kampung Cigumentong di tengah hutan Gunung Kareumbi.
Kampung Cigumentong secara administratif masuk ke Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung.
"Di sini ramai penduduk pada tahun 1998. Ada 31 keluarga dengan 80 jiwa hingga kini. Saya sendiri datang ke Cisoka pada 2002, artinya 20 tahun hidup tanpa manfaat listrik," kata Yani.
Penduduk Cisoka kebanyakan bekerja sebagai pemetik teh. Kampung ini memang berada di dekat tanah Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan teh.
"Yang tercatat 31 KK, tetapi yang ada di sini 25 KK, sisanya jika musim kemarau mereka merantau ke Kalimantan sebab di sini kurang penghasilan. Tetapi mereka akan kembali lagi ke sini jika perantauan selesai," katanya.
Selain ke luar pulau, sebagian warga juga kadang pergi ke tempat asal mereka seperti Ciwidey dan Pangalengan untuk mencari kerja lain. Banyak juga warga di sini yang awalnya merupakan pendatang dari luar Sumedang.
Rumah-rumah pemetik teh itu rata-rata adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu. Di dalam rumah-rumah itu tidak banyak barang elektronik.
Di rumah Yani misalnya, barang elektronik yang terlihat hanyalah televisi layar datar lengkap dengan set top box TV digital. Warga di sini memang pernah mendapat aliran listrik dari kincir air dan panel surya pemberian donatur untuk menyalakan TV.
"Tetapi kekuatan listriknya jauh jika dibandingkan dengan listrik PLN. Arus listrik paling kuat hanya cukup untuk menyalakan TV sebentar," ujarnya.
"Rice cooker, setrika, wah enggak kuat listriknya," kata Yani.
Kampung Cisoka berjarak 26 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sumedang. Di kampung ini, ada pula siswa-siswa sekolah yang ketika Covid-19 melanda mengharuskan mereka belajar menggunakan handphone berjaringan internet.
"Tak ada sinyal. Sekalipun ingin dapat sinyak, harus diam di tempat-tempat tertentu. Juga tidak boleh berpindah. Misalnya, kalau ada sinyal di atas kursi, ya sudah, hp simpan saja di kursi selamanya, selama ingin dapat sinyal," katanya.
Jejen Junaedi (55) warga Kampung Cisoka lainnya mengaku bahagia lantaran kampungnya kini telah teraliri listrik dari PLN.
"Alhamdulillah, ayeunamah bisa lalajo TV (sekarang bisa nonton televisi), " ujarnya.
Baca juga: Bupati Sebut 9 Ribu Keluarga di Sumedang Belum Menikmati Listrik, Ini Alasan dan Disiapkan Solusinya
Kampung Cisoka di Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang akhirnya mendapat aliran listrik.
Selama puluhan tahun, kampung ini tak pernah tersentuh listrik. Kini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah usai memasang jaringan ke kampung tersebut sehingga warga kampung bisa menikmati manfaat listrik.
"Rumah satu KK dipasangi masing-masing 900 volt," kata General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Barat Agung Nugraha usai peresmian pemasangan.
PLN menyediakan trafo 100 kva. Kekuatan pasokan listrik dapat ditambah jika kebutuhan meningkat.
Agung berharap akan tumbuh pemanfaat listrik yang positif di daerah berjarak 26 kilometer dari pusat kota Sumedang itu, untuk belajar dan menumbuhkan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Harapannya, manfaatkan listrik untuk kegiatan positif, belajar, ibadah, dan nanti semoga tumbuh UMKM," katanya.
Pemasangan listrik ke perkampungan Cisoka dengan penghuni sebanyak 31 keluarga ini sempat tertunda lama dari rencana yang dijadwalkan. Yang menbuatnya tertunda adalah jaringan listrik harus melewati kawasan hutan yang dijagai Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA).
"BKSDA perlu kajian mendalam tentang dampak jeringan listrik itu di kawasan lindung. Jadi sebetulnya bukan tertunda, tetapi menunggu kajian selesai," kata Agung. (*)