Pilpres 2024
Soal Cak Imin Nyapres, Begini Saran Yenny Wahid: Kalau Hasil Survei tidak Ngangkat . . .
Yenny Wahid berkomentar soal Cak Imin bahwa sejatinya orang yang pada berbagai survei namanya tidak "ngangkat" jangan terlalu percaya diri nyapres.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), ngotot untuk maju menjadi calon presiden di Pilpres 2024.
Pernyataannya yang paling baru dan menjadi buah bibir adalah soal dia dengan PKB-nya siap merapat ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang isinya Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), asalkan Cak Imin capresnya.
Direktur The Wahid Foundation, Yenny Wahid, berkomentar soal Cak Imin bahwa sejatinya orang yang pada berbagai survei namanya tidak "ngangkat" jangan terlalu percaya diri nyapres.
Baca juga: PKB Yakin Prabowo-Muhaimin Menang di Pilpres 2024, Tunggu PKS dan Demokrat Gabung
"Saya bukan PKB sekarang ini, saya PKB Gusdur, bukan Cak Imin. Ya, kami mengimbau agar politisi yang surveinya enggak ngangkat jangan ngotot," kata Yenny saat diwawancarai TribunJabar.id, di IPDN Kampus Jatinangor, Sumedang, Rabu (22/6/2022).
Dia kemudian menjelaskan bahwa Cak Imin telah mengambil posisi yang berhadapan langsung, berseberangan dengan NU.
Padahal, posisi demikian itu akan sangat merugikan banyak pihak, terutama umat.
"Kasihan umat di bawah. Cak Imin sekarang mengambil posisi diametral dengan KH Yahya Cholil Staquf yang tentu akan merugikan NU dan konstituen PKB sendiri," katanya.
Namun, Yenny cukup tahu bahwa perilaku politik yang dijalankan belum berkembang.
Dia menganggap perilaku itu muncul dari ego sehingga menganggap halal segala cara.
"Kita (PKB) belum tahu siapa yang dapat nominasi (untuk capres)."
"Sekarang ini kan yang populer belum tentu bisa dicalonkan."
"Desember-Januari ketika ada nominasi yang jelas, baru kita bisa menentukan pilihan," kata putri mantan presiden RI Abdurrahman Wahid itu. (*)