Kisah Desa Tanpa Sinyal, Warga Dusun Bandaruka Karanganyar Ciamis Sulit Akses Internet dan Menelpon
Anak-anak di Dusun Bandaruka Ciamis sibuk dengan ponselnya di saung kelompok tani. Mereka senang di sana karena di rumah tak ada sinyal internet
Penulis: Andri M Dani | Editor: Darajat Arianto
Laporan wartawan Tribunjabar.id, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Sudah enam bulan ini di Ciamis tidak ada lagi kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran secara daring (online).
Namun anak-anak di Dusun Bandaruka Desa Karanganyar Kecamatan Cijeungjing hampir setiap hari berkumpul di saung KWT “Monalisa” yang berlokasi di sisi jalan Karanganyar-Kertaharja Blok Dusun Bandaruka RT 23 RW 11. Terutama sore hari setelah pulang sekolah.
Anak-anak sibuk dengan gadget (HP) masing-masing. Bukan untuk belajar, kebanyakan malah untuk main game online. “Di rumah tidak ada sinyal. Jadi main HP-nya di sini, gratis tidak bayar,” ujar Adit (10) murid kelas IV SDN 2 Karanganyar kepada Tribun Selasa (21/6). Hal serupa juga diungkapkan oleh Ifan.
Meski saung kelompok wanita tani tersebut bersebelahan dengan lokasi pemamakan umum, namun saung yang juga digunakan sebagai pos literasi tersebut sampai malam tetap ramai orang nongkrong untuk mengakses internet.
Sore itu Adit dan lima orang temannya sedang nongkrong di saung KWT “Monalisa” dan sibuk dengan HP masing-masing. Ada yang lagi nga-WA . Ada yang buka youtube. Banyaknya main game online.
Saung KWT Monalisa tersebut menjadi tempat pavorit bagi warga setempat untuk mengakses internet. Selain gratis, di desa yang terkenal dengan buah duku Cililitan tersebut memang sulit sinyal (daerah blank spot). Sulit mengakses internet dan menelpon.
“Di saung ini merupakan satu-satunya tempat untuk mengakses internet secara gratis. Wifi ini di saung ini bantuan dari PT Telkom, Indihome Studen. Dipasang dua tahun lalu awal masa pandemi. Untuk membantu anak-anak belajar secara daring,” ujar Kadus Bandaruka, Amar Sukmara kepada Tribun Selasa (21/6).
Adanya wifi gratis di saung KWT Monalisa tersebut sangat membantu anak-anak warga Dusun Bandaruka mengerjakan tugas-tugas pelajaran secara daring selama masa pandemi. Baik itu yang seolahnya di SD, SMP, SLTA bahkan juga perguruan tinggi.
.”Tidak hanya anak-anak warga dusun Bandaruka saja, tapi juga dari dusun lainnya. Bahkan dari luar desa, seperti dari Ciparigi ada yang ikut memanfaatkan layanan wifi gratis di saung ini,” katanya.
Baca juga: Dorong Pemerataan Akses Internet di Indonesia, Telkomsat Peroleh Hak Labuh Starlink dari Kominfo
Makanya menurut Amar, jangan heran kalau di saung KWT Monalisa tersebut selalu ramai orang nongkrong. Kalau siang atau sore kebanyakan anak-anak, malam hari nya orang dewasa. Nongkrong sambil ngaronda sekaligus mengakses internet serta menelpon.
Meski sekarang sudah dilakukan PTM murni 100 persen, warga setempat berharap Wifi di Saung KWT Monalisa jangan dicabut alias tetap berjalan dan gratis serta tanpa password.
“Bagi warga tidak ada pilihan, untuk mengakses internet ya disini. Atau di pos ronda RT 25 dan RT 26 RW 12 . Kampung ini memang susah sinyal. Sulit mengakses internet, meski pulsa maupun kuota di HP terisi,” ujar Amar.
Sulitnya akses internet maupun menelpon gara-gara sulitnya sinyal tersebut menurut Amar tentu akan menjadi kendala ketika terjadi kondisi darurat, bencana maupun kejadian. Juga menjadi kendala ketika mengakses PPDB secara online.
Kades Karanganyar, Yanto Agus kepada Tribun menyebutkan, hampir semua dusun di Desa Karanganyar sulit mengakses internet maupun menelpon.
“Apapun operatornya, di desa ini sinyal HP lup lap. Susah sinyal, paling parah memang di Dusun Bandaruka. Di dusun lainnya seperti Dusun Cililitan, Galonggong, Kadugede maupun Dusun Desa, sebaran sinyalnya tidak merata. Harus mencari tempat yang tinggi dulu baru bisa mengakses internet maupun menelpon. Itupun timbul tenggelam (lup lap),” ujar Kades Yanto Agus kepada Tribun Selasa (21/6).
Kondisi tanpa sinyal atau sinyal tidak merata tersebut menurut Yanto Agus tentu merupakan sebuah ironi di tengah generasi 4.0 G. Terutama untuk menghadapi era desa digital.
Ketika hampir semua warga desa di Karanganyar kesulitan untuk mengakses internet. Punya HP tapi sulit sinyal.
“Mohon ada solusinya,” harapnya.
Desa Karanganyar menurut Yanto Agus merupakan sentra produksi duku unggulan di Ciamis. Yakni duku Cililitan. Puluhan ribu pohon duku telah memberi peluang ekonomi warga Desa Karanganyar. Terutama di Dusun Cililitan, pada musim panen raya setiap hari masa panen 6 ton duku dipetik dari pohon untuk dipasarkan di berbagai kota di pulau Jawa bahkan sampai ke Jakarta. Panjang musim panen duku bisa mencapai 20 hari, produksi rata-rata 6 ton duku /hari.
Baca juga: Dukung Produktivitas, Penerapan Teknologi Digital Butuh Layanan Internet Cepat dan Stabil
Di Desa Karanganyar juga merupakan sentra anyaman berbahan baku bambu. Produknya berupa boboko, hihit (kipas), tampir, nyiru, asepan dan anyaman lainnya berbahan baku bambu. Umumnya untuk memasok kebutuhan pasar lokasi seperti Pasar Bojong, Pasar Banjar maupun Pasar Ciamis.
Serta potensi dan peluang ekonomi lainnya yang membutuhkan jaringan internet untuk pengembangan pasar maupun adopsi teknologi.
Desa Karanganyar Kecamatan Cijeungjing Ciamis berlokasi tidak begitu jauh dari pusat Ciamis Kota. Hanya sekitar 15 km dari keramaian kota galendo tersebut. (*)