Hewan Ternak di Kota Cirebon Dipastikan Bebas dari Indikasi Penyakit Mulut dan Kuku
hasil uji laboraturium dari sampel hewan ternak tersebut dipastikan negatif PMK, tapi antisipasi mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku tetap ada
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Cirebon memastikan hingga kini belum ditemukan hewan ternak yang terindikasi penyakit mulut dan kuku (PMK).
Sub Koordinator Peternakan DKPPP Kota Cirebon, Kukuh Gunatama, mengatakan, beberapa hari lalu petugas dari Balai Veteriner Subang telah mengambil sampel dari beberapa peternakan di Kota Udang.
Menurut dia, hasil uji laboraturium dari sampel tersebut dipastikan negatif PMK, namun langkah antisipasi tetap disiapkan untuk mencegah penyebarannya.
"Ada dua peternakan yang diambil sampelnya oleh Balai Veteriner Subang, dan hasilnya negatif semua," kata Kukuh Gunatama saat ditemui usai mengecek peternakan di Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Rabu (25/5/2022).
Ia mengatakan, langkah antisipasi yang disiapkan ialah mengintensifkan pengecekan kesehatan hewan di puluhan peternakan di Kota Udang.
Baca juga: Ratusan Sapi di Garut Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kaki, Pemkab Batasi Mobilitas Pengiriman
Selain itu, pihaknya juga memberikan vitamin dan obat cacing ke hewan ternak secara rutin untuk meningkatkan nafsu makan serta sistem imunitasnya sehingga tidak rentan terserang penyakit.
Bahkan, kunjungan ke setiap peternakan untuk memantau kondisi kesehatan hewan yang semula hanya tiga kali dalam sebulan, kini menjadi satu kali dalam sepekan.
"Kami menargetkan ada satu peternakan yang dikunjungi setiap hari sehingga dalam sebulan cakupannya bisa 30-an titik," ujar Kukuh Gunatama.
DKPPP juga telah mengeluarkan surat edaran agar masyarakat mewaspadai penyebaran PMK dan segera melapor apabila menemukan hewan ternak yang mengalami gejala penyakit tersebut.
Bahkan, saat ini Pemkot Cirebon juga menyetop pengiriman hewan ternak dari daerah yang telah ditemukan kasus PMK untuk mencegah penyebarannya.
Kukuh menyampaikan, tingkat vatalitas PMK pada hewan ternak relatif rendah dan risiko kematiannya pun tergolong kecil, namun kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup besar.
"Rata-rata, PMK menyebabkan produksi susu menurun, berat hewan ternak menyusut drastis, dan tingkat penyebarannya sangat cepat," kata Kukuh Gunatama.