Distribusi Sapi dari Daerah Terpapar PMK Dihentikan, Penjual di KBB Kelimpungan, Stok Minimalis
Penjual sapi di KBB kelimpungan setelah Pemerintah KBB menghentikan distribusi sapi yang datang dari daerah terpapat PMK.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Penjual sapi di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kelimpungan setelah Pemerintah KBB menghentikan distribusi sapi yang datang dari daerah terpapar wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) seperti Jawa Timur dan Aceh.
Pasalnya, para penjual sapi di KBB mayoritas mendapat suplai sapi ternak yang akan dijual untuk momen Iduladha berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur seperti Lumajang dan Boyolali (Jawa Tengah).
Seorang penjual sapi asal Kecamatan Ngamprah, Entang (40), mengatakan, adanya wabah PMK yang menyerang ternak di Jawa Timur dan adanya penghentian distribusi sapi dari daerah tersebut, maka stok sapi yang akan dijual pada Iduladha akan berkurang.
"Biasanya saya mendapat sapi dari Jawa Timur, tapi sekarang sudah enggak bisa karena wabah PMK," ujarnya saat ditemui di Cisarua, Bandung Barat, Selasa (17/5/2022).
Warga Kampung Babakan Cinta RT 01/04, Desa Pasirhalang, ini mengatakan, untuk saat ini dia baru memiliki stok sekitar 100 ekor sapi.
Tetapi, jumlah itu belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen untuk Iduladha.
"Sebetulnya 100 ekor itu belum aman. Tahun lalu yang saya jual sampai 200 ekor sapi. Apalagi sekarang sudah ada beberapa konsumen yang booking," kata Entang.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada Iduladha nanti, Entang hanya bisa mendatangkan sapi dari daerah Bandung Raya dan mengandalkan stok yang ada.
"Wabah PMK ini tepat di momen menjelang Iduladha, puncaknya sebulan lagi. Jadi sekarang mengandalkan stok sisa yang dipersiapkan tiga bulan lalu," ucapnya.
Selain kelimpungan mencari stok sapi, Entang juga mengaku merasa waswas dengan adanya wabah PMK ini karena dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya penjualan dan melonjaknya harga jual di daerah yang belum terpapar wabah PMK.
"Dampak ke penjualan pasti ada karena sistem lockdown. Otomatis yang di KBB ini sisa (sapi) yang ada karena enggak ada kiriman dari luar sedangkan sapi pasti enggak akan cukup," ujar Entang.
Selain itu, Entang juga dihadapkan pada meningkatnya biaya perawatan sapi di tengah mewabahnya PMK karena ada biaya lain yang harus dikeluarkan agar sapinya tetap sehat.
"Biasanya hanya makan, sekarang ada penyemprotan kandang seminggu sekali. Terus ditambah vitamin dan obat cacing. Kandang juga harus bersih dari kotorannya," katanya. (*)