Ada Ancaman Hepatitis Akut, Ridwan Kamil Sudah Siapkan Laboratorium Tes hingga Ruang Perawatan

Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tetap tenang di tengah informasi yang beredar mengenai penyakit hepatitis akut yang penyebabnya b

Tribun Jabar/ Muhamad Syarif Abdussalam
Gubernur Jabar Ridwan Kamil di RSUP Hasan Sadikin, Senin (9/5). 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tetap tenang di tengah informasi yang beredar mengenai penyakit hepatitis akut yang penyebabnya belum bisa diketahui.

Kasus penyakit ini sudah bermunculan di sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia.

"Jadi Jabar belum ada, dan mudah-mudahan tidak ada, sehingga imbauan ke masyarakat yang pertama jangan panik ya. Seperti biasa kita sudah mengalami jatuh bangun oleh pandemi," katanya di RSUP Hasan Sadikin Bandung, Senin (9/5).

Ia mengatakan kunci keberhasilan dari pandemi ini dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, supaya tetap tenang saja. Negara, katanya, sudah siap untuk mengatasi jika ada kasus ini di Jawa Barat.

Tim ahli sudah dibentuk oleh Pemprov Jabar bersama RSUP Hasan Sadikin, laboratorium-laboratorium untuk mengecek sampel terduga hepatitis akut pun sudah siap. Bahkan alat-alat teknologi molekular terbaru sudah dimiliki. 

Baca juga: Ini Gejala Hepatitis Akut pada Anak serta Tips Pencegahannya Menurut Kemenkes

"Kemudian ruangan juga sudah disiapkan, jaga-jaga kalau ada di Jabar. Dari catatan memang terjadinya di usia bayi sampai 16 tahunan, kita belum tahu alasannya kenapa di rentang usia tadi tapi statistik menunjukkan itu," katanya.

Ia mengatakan fenomena penyakit mirip hepatitis yang disebut hepatitis akut yang originnya belum bisa ditentukan ini terus ditelusuri. Jadi penyakit ini tidak masuk kategori Hepatitis A, B, atau C. Tapi menyerang hati dengan gejala-gejala yang serupa.

Pencegahannya, kata Ridwan Kamil, hepatitis itu memang menular. Jadi kuncinya hidup sehat. Di antaranya memakai masker,  menjaga jarak, mengurangi kerumunan dan sebagainya. 

"Untuk higienisnya jangan tuker-tukeran alat makan. Kalau ada keluarga sakit jangan terlalu banyak berinteraksi, kalaupun terpaksa gunakan alat proteksi yang memadai dan lain sebagainya. Insya Allah kalau dilakukan, tidak akan ada fenomena ini di Jawa Barat. Per hari ini belum ada, masyarakat fokus pada peningkatan kualitas peningkatan prokes saja," kata Ridwan Kamil.

Kadinkes Jabar, Nina Susana Dewi, mengatakan sejak ada Surat Edaran Kemenkes pada April 2022, pihaknya langsung melakukan rapat koordinasi dengan 27 Kabupaten/Kota dan seluruh Rumah Sakit yang ada di Jawa Barat, saat itu yang hadir ada 850 tenaga medis dan para dokter anak.

"Kami menyampaikan bahwa penyakit hepatitis akut ini harus segera diwaspadai, karena tingkatannya ada yang ringan, sedang, dan berat. Kalau berat itu 90 persen meninggal. Kemudian kami menyampaikan, kejadiannya tidak seperti Covid-19. Kalau Covid-19 ada tidak enak badan, ada riwayat perjalanan dari mana, lalu langsung isolasi, tapi kalau ini hepatitis akut tidak," katanya.

Nina menuturkan kriteria hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya itu rangkainnya panjang. Kalau ada gejala-gejalanya diare, mual, muntah, kadang-kadang juga ada demam atau air kencing kuning, maka langsung periksa di laboratorium.

"Kemudian, ini harus dipastikan bahwa dia bukan hepatitis A, B, dan C. Tapi di samping itu kita harus tahu, karena gejalanya sama dengan demam berdarah apalagi kalau panas, apalagi gejalanya juga sama dengan tifoid, sakit perut diarenya sama," tutur Nina.

Di Jawa Barat memang belum ada kasus hepatitis akut, tapi pihaknya sudah melakukan koordinasi, apabila di suatu tempat tidak ada pemeriksaan, maka bisa dirujuk satu sample. Hal-hal ini masih ditindaklanjuti untuk seluruhnya karena pedoman dari Kemenkes belum keluar.

"Sehingga kalau ada kasus itu kita harus koordinasi dulu, ini kalau sudah betul baru kita lapor ke Kementerian Kesehatan dan semua hasil keluarnya dari Kemenkes. Kalau masing-masing bicaranya, masyarakat panik. Jadi tunggu saja dari Kementerian Kesehatan, tapi untuk di Jawa Barat belum ada," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved