Varian Omicron Siluman Dapat Menghindar Dari Antibodi, Epidemiolog Ingatkan Soal Penularan Ini

Epidemiolog Unair menyebutkan varian omicron siluman diketahui dapat menghindar dari antibodi yang telah terbentuk melalui proses vaksinasi.

Editor: Siti Fatimah
Pixabay
ilustrasi virus corona 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Peningkatan kasus positif Omicron Siluman membuat epidemiolog asal Universitas Airlangga (UNAIR), Laura Navika Yamani S Si MSi PhD mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga ketat protokol kesehatan.

Dikutip dari laman resmi Unair, secara genetik, Omicron Siluman merupakan variasi dari Covid-19 jenis Omicron.

“Dinamakan sebagai Omicron Siluman, karena melalui uji untuk mengetahui Omicron atau bukan yaitu S-gene Target Failure (SGTF), hasilnya dapat menunjukan seolah-olah bukan Omicron,” jelas Laura.

Meskipun secara karakteristik berbeda, varian jenis ini tidak memiliki perbedaan pada tingkat keparahan dan gejala yang ditimbulkan bila dibandingkan Omicron jenis BA.1.

Baca juga: Varian Omicron Siluman Sudah Masuk Indonesia, Tanaman Obat Kuat Ini Berkhasiat Obati Flu

“Omicron Siluman atau BA.2 dinyatakan lebih menular, namun untuk tingkat keparahannya tidak berbeda secara signifikan,” ujarnya.

Varian ini diketahui dapat menghindar dari antibodi yang telah terbentuk melalui proses vaksinasi.

“Sehingga memang dari data penelitian terdapat penurunan efektivitas vaksin, namun tidak menghilangkan daya proteksi dan antibodi yang dihasilkan vaksin untuk melawan varian dari turunan Covid-19,” ucapnya.

Laura menyebutkan, vaksin masih dianggap efektif dan perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk menjaga diri dari infeksi Covid-19.

Baca juga: Omicron Siluman Sudah Serang Indonesia, Kemenkes Laporkan Ada Segini yang Sudah Terdeteksi

Mengenai varian baru yang mungkin muncul setelah varian Omicron Siluman, ia mengaku bahwa tidak ada prediksi mengenai hal itu. 

“Namun yang bisa dipastikan, selama masih ada sirkulasi virus, maka masih berpotensi bermutasi menjadi varian baru,” jelasnya. 

Mutasi yang dihasilkan bisa bersifat menguatkan atau melemahkan karakteristik dari virus itu sendiri.

Contohnya, jenis Omicron yang memiliki karakteristik tingkat penularan tinggi dan tingkat keparahan rendah, yang berkebalikan dengan karakteristik varian Delta.

Baca juga: Ilmuwan Klaim Temukan Virus Omicron Siluman, Tak Teridentifikasi di Tes PCR dengan Hasil Cepat

“Sehingga, yang bisa dilakukan adalah memonitor dan mencegah terjadinya infeksi virus yang ditimbulkan,” sebut ahli ilmu Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR itu.

Walaupun kasus Covid-19 di Indonesia sudah menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Laura menyebutkan bahwa masyarakat perlu mengetahui bahwa vaksin dan protokol kesehatan masih menjadi kunci utama untuk mengakhiri pandemi.

“Vaksin dan protokol kesehatan menjadi upaya intervensi yang masih perlu dilakukan secara menyeluruh untuk mengubah pandemi jadi endemi, sekaligus mencegah adanya varian-varian baru dari COVID-19,” katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved