Meski Harus Beli Satu Paket Dengan Bihun, Warga Rela Antre Demi Minyak Goreng Murah di Sumedang
Di Kecamatan Cimanggung, warga dari berbagai desa mengantre di depan sebuah grosir di Jalan Bangkir, membeli minyak goreng satu paket dengan bihun
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Kelangkaan minyak di Sumedang masih terjadi. Di Kecamatan Cimanggung, warga dari berbagai desa mengantre di depan sebuah grosir di Jalan Bangkir, Desa Sindanggalih, Parakanmuncang, Rabu (2/3/2022) siang.
Di bawah terik matahari mereka berbaris menanti giliran mendapatkan minyak.
Toko grosir yang dituju oleh para pemburu minyak ini tidak membuka pintu gulung seutuhnya. Dari kejauhan toko tampak tutup, kecuali sebuah pintu yang terbuka untuk transasksi minyak goreng.
Minyak goreng yang dijual di tempat ini kemasa 2 liter. Harganya Rp28 ribu. Namun, minyak ini dijual sepaket dengan sekantong bihun. Mie bihun harganya Rp3 ribu.
Meski dijual sepaket dan warga menyangka itulah siasat pemilik toko grosir, warga tidak ada yang komplain, Menurut warga, tidak ada salahnya jadi wajib membeli bihun jika mau dapat minyak, sebab bihun pun tetap bisa dimasak dan disantap.
Icoh (57), ibu tua dari Lebakgede, Desa Sindanggalih mengatakan bahwa dia lumayan lama mengantre mendapatkan minya itu. Namun, lelah mengantre lebih baik dibandingkan dia tidak mendapatkan minyak
"Apalagi kalau harus beli di warung, mahal. Di sini mengantre tapi minyak murah," katanya sesuasi bertransaksi minyak.
Dia membeli 2 bungkus minyak sepaket dengan 2 bungkus bihun. Dua paket tersebut harganya Rp62 ribu.
Wiwin (40) warga Cikalama, Desa Sindangpakuon lumayan mondar-mandir ke toko grosir itu. Berharap menjadi yang pertama dalam antrean, dia malah menjadi yang di tengah.
"Saya bolak-balik tapi grosir masih tutup. Jam 13.00 saya ke sini tutup. Jam 13.30 ke sini lagi masih tutup. Eh, jam 14.00 saya kesini udah ada antrean," katanya di tempat yang sama.
Dia merasa tidak keberatan membeli minyakk sepaket dengan bihun. Yang penting, katanya, minyak goreng ada dan mudah didapatkan.
"Bihun kan masih bisa dimakan," katanya.
Wiwin berharap kelangkaan minyak goreng segera berakhir. Pemerintah harus memperlancar minyak goreng.
Neng (40) warga Desa Cikahuripan yang dapat posisi antrean di belakang dari panjang antrean sekitar 5 meter, mengaku khawatir dengan bulan Ramadan yang sebentar lagi menjelang, Kekhawatiran Neng adalah kelangkaan minyak goreng yang masih terjadi.
"Mudah-mudahan nanti Ramadan mah lancar," katanya seraya menyebut dalam sebulan dia hanya menguhabiskan minyak goreng sebanyak 4 liter. (*)