Rusia Serang Ukraina
Ini Dampak Ekonomi Perang Rusia dan Ukraina terhadap Indonesia, akan Muncul Krisis Baru
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berdampak pada sejumlah sektor, salah satunya ekonomi.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berdampak pada sejumlah sektor, salah satunya ekonomi.
Ekonom Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Aknolt Kristian Pakpahan mengatakan, Rusia merupakan salah satu negara produsen penghasil minyak terbesar di dunia.
Rusia memproduksi sekitar 23 persen total minyak global.
Baca juga: Serangan Militer Rusia di Ukraina Dimulai, Begini Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina
"Yang jadi perhatian itu, ketika harga minyak seperti sekarang kecenderungannya naik, ini pasti akan membebani biaya produksi untuk sektor industri yang masih membutuhkan minyak sebagai bahan baku utama," ujar Aknolt, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (25/2/2022).
"Kenaikan ini akan menjadi ancaman infasi."
"Ini berlaku di negara Eropa dan akan berlaku di Indonesia."
Selain itu, Rusia dan Ukraina merupakan negara penghasil gandum.
Menurutnya, sekitar 25 persen dari total produksi gandum datang dari Rusia dan Ukraina.
"Bisa dibayangkan, kita akan menghadapi krisis baru kenaikan harga pangan."
"Kalau komoditas itu naik, bisa menjadi masalah sosial baru," katanya.
Dampak dari ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga, kata dia, merembet ke pasar saham.
Baca juga: Penjelasan Lugas Dari Rektor Unjani, Kenapa Ada Invasi Rusia ke Ukraina
"Ketika pasukan Rusia sudah masuk ke wilayah timur Ukraina kemarin, harga saham itu terkoreksi cukup drastis."
"Rasanya berbagai bursa saham di Asia, termasuk di kita, menunjukkan tren negatif," ucapnya.
Pasar saham, kata dia, menjadi perhatian karena banyak pembiayaan program pembangunan yang masuk dari investasi luar.
"Tapi ketika investor mulai berhati-hati menanamkan investasinya, ini menjadi tantangan tersendiri," katanya.
Pasar keuangan juga terganggu.
Nilai tukar di hampir semua mata uang, termasuk rupiah, sedang mengalami depresiasi.
"Ini akan menjadi beban baru bagi kita yang masih mengandalkan barang impor untuk pemenuhan kebutuhan atau pembiayaan pembangunan," ucapnya.
Dia mengingatkan, saat ini masih dalam penanganan Covid-19 yang memakan energi dan biaya besar.
Dapat dibayangkan jika krisis ini berlanjut, harga-harga akan merangkak naik dan tentunya membebani.
"Kita masih ingat bagaimana beban pemerintah memberikan subsidi terkait situasi pandemi yang masih terjadi sampai sekarang."
"Bayangkan kalau pemerintah harus memberikan lagi subsidi untuk BBM dan bahan pangan."
"Ini akan jadi isu baru."
"Konflik Rusia dan Ukraina ini akan berdampak pada kita meski tidak langsung," katanya.
Hanya saja, ia memprediksi dampaknya tidak akan lama.
"Satu atau dua bulan ke depan akan segera reda."
"Kalau dampak, pasti dari dua hari ini juga sudah kelihatan," ucapnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/tank-rusia-ditembak.jpg)