Kebakaran Pesantren di Karawang
Korban Kebakaran Pesantren di Karawang Ada yang Berpelukan dan Ada yang Sedang Coba Buka Jendela
Keterangan tersebut disampaikan oleh seorang anggota pemadam kebakaran Posko Cilamaya Wetan Fitra Adi Sutrisno saat mengevakuasi korban.
Penulis: Cikwan Suwandi | Editor: Ravianto
Selain itu, dua santri lainnya mengalami luka-luka dan kini telah mendapat perawatan di RSUD Karawang.
Baca juga: Wagub Jabar Serahkan Bantuan Uang Kepada Pesantren Miftakhul Khoirot Karawang
Kapolres Karawang AKBP Aldi Subartono mengatakan, dugaan awal, kebakaran berawal adanya percikan api di kipas angin yang kemudian menyambar ke kasur.
Pihaknya pun tengah menyelidiki lebih dalam perihal penyebab kebakaran itu. Mereka yang menjadi korban saat itu tengah istirahat tidur siang.
Delapan yang meninggal tak sempat menyelamatkan diri lantaran api membesar di pintu keluar.
Dibangun sejak 1932
Pesantren yang berada di Desa Mangungjaya, Kecamatan Cilamanya Kulon, Kabupaten Karawang itu dikenal sebagai pesantren tahfiz pertama di Karawang.
Pesantren tersebut dibangun pertama kali oleh Kyai Haji Zarkasih pada tahun 1932.
Sang Kyai kemudian mencari ilmu ke ke Syekh Tubagus Ahmad Bakri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur di Purwakarta.
Setelah belajar dari Mama Sempur, Kiai Haji Zarkasih mendirikan Pesantren Pusaka.
Abdul Muhaimin (31), pengurus pesantren bercerita kala itu pesantran diikuti oleh bapak-bapak.
Namun dengan berjalannya waktu banyak anak-anak yang ikut mengaji.
"Awalnya hanya pengajian bapak -bapak. Kemudian lama - lama anak-anak juga ikut ngaji. Santri kalong istilahnya," kata Muhaimin.
Sang Kyai kemudian menikahkan anak perempuannya dengan penghapal Al-Quran, Kai Haji Muhtadin Al Hafiz.
Baca juga: Kebakaran di Pesantren Karawang, Santri Ini Sempat Berusaha Selamatkan Temannya