BANYAK Pasien Thalasemia di Majalaya, Tapi Tak Punya Unit Transfusi Darah
Majalaya di Kabupaten Bandung daerah terbanyak pasien thalasemia di Jabar. Namun, mereka sulit untuk transfusi darah tak ada unit transfusi darah
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Mega Nugraha
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Majalaya di Kabupaten Bandung ternyata daerah terbanyak pasien thalasemia di Jabar. Namun, mereka kesulitan untuk transfusi darah karena tak ada unit transfusi darah.
Wakil Ketua Persaudaraan Donor Darah Majalaya (PDDM), Hendi Resmawan, mengatakan, di RSUD Majalaya, ada 104 pasien thalasemia yang rutin harus menerima transfusi darah.
"Kebutuhannya itu 170 kantung darah, setiap bulannya," ujar Hendi, saat dihubungi tribun jabar, Minggu (20/2/2022).
Hendi mengungkapkan, thalasemia hingga saat ini belum ada obatnya, jadi mereka sangat bergantung dengan tranfusi darah.
"Untuk memenuhi yang 170 kantung darah itu, pihak rumah sakit didrop dari donor pengganti, jadi keluarga dari pasien thalasemia, mendonor darah ke PMI dan dikembalikan ke bank darah rumah sakit (BDRS), untuk nantinya disalurkan kepada pasien," kata Hendi.
Thalasemia adalah kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
"Sementara ini mereka kesulitan untuk memenuhi itu, maka kami (PDDM) hadir mengadakan kegiatan donor darah untuk memenuhi kebutuhan darah mereka. Untuk anak-anak thalasemia ini, satu bulannya, kami harus mengadakan donor darah dua kali," kata dia.
Hendi mengatakan, pihaknya harus rutin menggelar donor darah. Mulai di sekolah hingga di pabrik.
"Saat ini terkendala PPKM Level 3. Kami kesulitan izin juga tak boleh terlalu banyak. Sementara kebutuhan pasien thalasemia tak bisa nunggu, jadi kalau misal kita mendatangkan pendonor ke PMI Kopo atau Jalan Aceh Kota Bandung, terkendala jarak, terkendala waktu, akhirnya tidak sedikit donor pengganti ini ditolak karena tak memenuhi sarat," ujarnya.
Penyitas thalasemia di Majalaya, kata Hendi Usianya beragam, mulai dari usia 10 bulan, sudah terdeteksi sampai remaja 23 tahun.
"Perlu diketahui thalasemia ini yang ditransfusi mereka itu usianya jarang nyampai 25 tahun, kalau misal lewat 25 tahun mukjizat, biasanya bisa hidup panjang. Itu yang dapat transfusi darah secara rutin apalagi yang tidak dapat," tuturnya.
Hendi memaparkan, kebutuhan transfusi darah tergantung kondisi pasiennya, ada yang satu bulan sekali dua minggu sekali.
"Bahkan ada anak dalam 10 hari membutuhkan 2 labu darah, satu labu menghabiskan waktu 2-3 jam. Jadi mereka menghabiskan waktu sampai 6 jam di rumah sakit, nunggu masuknya darah ke tubuhnya itu," kata dia.
Hendi memaparkan, thalasemia merupakan penyakit turunan atau genetik, diturunkan orang tuanya, biasanya orang tuanya normal hanya pembawa sifat.