Uniknya Rumah Adat Rangken Indramayu Atapnya dari Daun Nipah, Terasa Adem di Dalamnya, Tapi Sayang

Rumah adat Rangken yang masuk Warisan Budaya Tak Benda menjadi tempat tinggal bagi masyarakat di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNCIREBON.COM/HANDHIKA RAHMAN
Rumah adat Rangken di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Minggu (13/2/2022) 

"Banyak dahulunya di sini, semuanya Rumah Rangken, tapi sekarang banyak yang dibedah rumahnya," ujar dia.

Alasan Rumah Rangken ini dibedah, menurut Masiyem, karena tidak tahan cuaca, atap rumah tersebut sering bocor, terutama saat musim hujan.

Mereka mesti rutin menganti atap rumah dengan Rangken baru, kekuatan dari Rangken ini hanya menurutnya hanya mampu bertahan sekitar 1 tahun.

Warga lainnya, Dasminih (50) mengatakan, Rumah Rangken yang masih tersisa, salah satunya ditinggali oleh anaknya, Kardinah.

Baca juga: VIDEO-Mengenal Rumah Adat Panjalin, Saksi Bisu Penyebaran Agama Islam di Majalengka

Sudah sekitar dua tahun anaknya menempati Rumah Rangken tersebut, akan tetapi satu bulan terakhir, anaknya itu mengungsi ke rumah mertuanya.

Dasminih mengatakan, Rumah Rangken yang ditinggali anaknya itu sekarang sudah waktunya diganti atap.

"Tapi anak saya lagi tidak punya uang, jadi pindah dulu ke rumah mertuanya, barang-barang juga dibawa," ujar dia.

Disampaikan Dasminih, Rumah Rangken yang masih tersisa ini berdiri di atas tanah desa.

Rumah adat Rangken di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Minggu (13/2/2022).
Rumah adat Rangken di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Minggu (13/2/2022). (TRIBUNCIREBON.COM/HANDHIKA RAHMAN)

Warga kemudian menyewa Rumah Rangken untuk tempat tinggal sebesar Rp 50 ribu per tahun.

Ia pun berharap, pemerintah bisa membantu mengganti atap Rumah Rangken tersebut, terlebih sekarang ini sudah memasuki musim penghujan.

Baca juga: Mengenal Rumah Adat Panjalin, Saksi Bisu Penyebaran Agama Islam di Majalengka Jawa Barat

Hal ini pun, kata dia, sebagai upaya dalam melestarikan Rumah Rangken yang jumlahnya kini hanya tersisa beberapa unit saja.

"Rumah yang ditinggali anak saya ini masih asli, tapi sering bocor," ujar dia. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved