Ajak Kaum Muda Bertani, Praktisi Bilang Kini Bertani Dengan Teknologi dan Penghasilan Lebih Tinggi

Praktisi Pertanian, Dudang Ruslan, mengatakan pertanian di tangan anak muda itu tidak perlu kotor dan penghasilan bisa lebih tinggi dan berteknologi

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/KIKI ANDRIANA
Praktisi Pertanian, Dudang Ruslan berdiskusi dengan para pemuda dan pelajar dalam diskusi Jaringan Ngebon Minggu, di Cimanggung, Sumedang, Minggu (13/2/2022). 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNAJABAR.ID, SUMEDANG - Mengajarkan kaum muda mengenal dan menggeluti dunia pertanian adalah tugas orang tua kini. 

Jika mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, regenerasi petani sangatlah minimal.

Sekalipun ada peningkatan profesi petani pada tahun 2018, itu hanya terjadi pada orang dengan usia 55-64 tahun. 

Sebaliknya, kaum muda petani dengan usia di bawah 45 tahun, jumlahnya turun. 

Alasan kaum muda enggan bertani bisa beragam.

Selain penghasilan tidak menentu dengan perhitungan menurut data BPS tahun 2020, pendapatan petani hanya Rp 1,9 juta per bulan, bertani juga terkesan kotor dan ketinggalan zaman. 

"Padahal pertanian di tangan anak muda itu tidak perlu kotor dan penghasilan bisa lebih tinggi," kata Praktisi Pertanian, Dudang Ruslan, kepada para pemuda dan pelajar peserta diskusi Jaringan Ngebon Minggu, Minggu (13/2/2022), di Cimanggung, Sumedang. 

Dudang mengatakan, pertanian kini sudah tidak tepat dilakukan dengan cara-cara lama.

Kini, paduan antara teknologi, hasil sains, dan cara-cara alami menjadi solusi bagi dunia pertanian

Di antara paduan cara-cara itu adalah pemupukan yang tidak anti kimia namun juga memperhatikan pupuk organik. 

Baca juga: Sosok Tata, Petani Milenial yang Sukses Kembangkan Kaktus dari Korea, Penghasilannya Setara Pejabat

Pemupukan lahan dengan pupuk sintetis akan membuat biaya pertanian membengkak.

Di samping juga tidak baik untuk kesehatan tanah dalam jangka waktu panjang. 

Dudang menyarankan penggunaan pupuk sintetis diimbangi dengan pupuk yang dibuat petani sendiri mengandalkan sisa-sisa makanan dari dapur. 

Sisa-sisa makanan seperti nasi, ikan asin, sayuran busuk, dan bekas irisan bumbu bisa dijadikan cairan mikro organisme lokal (MOL) yang sangat sehat untuk tanah dan tumbuhan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved