TERNYATA Ini Maksud Arteria Dahlan Soal Bahasa Sunda, Kakak Jaksa Agung Langsung Pasang Badan

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan menegaskan dia tidak ingin ada jaksa di Kejagung yang pertontonkan kedekatan dengan Jaksa Agung dengan pendek

Editor: Mega Nugraha
Tribunnews.com/Igman Ibrahim
Anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan saat mengunjungi Mabes Polri, Senin (6/7/2020) 

TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan menegaskan dia tidak ingin ada jaksa di Kejagung yang pertontonkan kedekatan dengan Jaksa Agung dengan pendekatan yang bukan prestasi dan kinerja.

Dalam wawancara dengan TV One, Arteria Dahlan mengatakan mengungkap bahwa saat ini di Kejagung, banyak jabatan jaksa tinggi dan strategis dijabat jaksa berasal dari Jabar.

Wajar saja, karena Jaksa Agung ST Burhanudin, asal Jabar, pria asal Majalengka.

Meski begitu, dia tidak mempermasalahkan hal itu karena pilihan Jaksa Agung itu berdasarkan tata cara yang sudah ditentukan.

Ia membandingkan dengan kasus lama, di Kejagung, sempat ada pejabat Kejagung yang dalam satu tahun bisa naik pangkat empat kali.

"Enggak ada lagi zaman Jaksa Agung sekarang 1 tahun 4 kali naik. (Sekarang) pembenahaan manajemen SDM di kejaksaan penempatan jabatan strategis dengan mekanisme yang terbuka, sekalipun ada org Sunda, karena kualifikasinya, karena kecakapannya, karena kualitas mereka lewat proses yang cermat bukan karena suk Sunda bisa di posisi strategis, ini yang kami yakinkan ke publik," katanya.

Baca juga: Sebut Ucapan Arteria Dahlan Lukai Partai, Ini Komentar Ketua DPC PDIP Sukabumi soal Pemecatan

Ia kemudian menyatakan bahwa soal bahasa Sunda yang jadi ribut, berawal dari peristiwa dimana ada seorang kepala kejati yang mempertontonkan kedekatannya dengan Jaksa Agung di depan jaksa-jaksa tinggi lainnya.

"Bisa bayangkan saat sama-sama bekerja, masih ada jaksa satu dua yang mempertontonkan, perlihatkan kedekatan dengan pak Jaksa Agung (dengan bahasa Sunda). Enggak masalah kalau Jaksa Agung nya ukan orang sunda,, gpp, Ini hubungannya saat rapat resmi, yang bersangkutan bicara ke Jaksa Agung, bukan bawahan. Kalau kajati kajari ngomong ke rakyat (dengan bahasa daerah) itu saya acungkan jempol, itu jaksa yang merakyat," kata dia.

"Ini jadi pembicaraan di internal mereka di kejaksaan, makanya nanti ditanyakan ke teman0-teman kejaksaan apa yang saya katakan aspirasi mereka atau bukan," katanya.

Ia kemudian memperjelas kembali pernyatannnya sekaligus menegaskan dia tidak ingin mendiskreditkan suku Sunda atau bahasa Sunda.

Baca juga: 5 Mobil di DPR RI ini Pakai Plat Nomor Mirip Polisi, Salah Satunya Milik Arteria Dahlan

"Saat dialog resmi ke pimpinannya, di hadapan jaksa tinggi hadirkan seperti itu (berbahasa Sunda) kurang pas. Kalau bicaranya ke rakyat biasa, tapi saat dibalas bahasa Indonesia di forum resmi antar kajati jawab ke Jaksa Agung dengan seperti itu kurang pas.

"Kami tidak ingin ada jaksa yang coba pertontonkan kedekatan bukan prestasi dan kinerja utk hal2 sperti itu," kata dia.

Ia menegaskan, pihaknya sama sekali tidak bermaksud menghina orang Sunda.

"Kita sama sekali tidak ada hal sekecil apapun yang mendiskreditkan suku Sunda, orang Sunda. Saya ingin meluruskan, dikatakan saya mendiskreditkan (orang Sunda) Pak Jaksa Agung itu orang Sunda, sudah kaya orang tua saya dengan mereka. Sekitar saya ini orang Sunda semua, ngga mungkin kami mendiskreditkan orang Sunda. Kok tiba-tiba bisa dipelintir seperti itu," kata Arteria Dahlan.

TB Hasanudin Bereaksi

Rekan sesama Arteria Dahlan di PDI Perjuangan, Tb Hasanudin yang juga kakak dari Jaksa Agung ST Burhanudin bereaksi.

Ia mengulas peristiwa sebelum Arteria Dahlan mengeluarkan kalimat tersebut. Saat itu, ada Kajati menyalami Jaksa Agung dengan bahasa Sunda.

"Saat itu ada kajati warga Tasikmalaya, salaman ke Jaksa Agung, damang kang, kan Jaksa Agung orang Majalengka. Emang harus pakai bahasa Inggris," kata TB Hasanudin. 

Dia bahkan tak segan menyebut Arteria Dahlan sudah murtad dari ideologi partai.

"Saya pun sebagai sesama PDIP merasa, ini (pernyataan Arteria Dahlan) bukan roh, ini bukan jiwa dari PDI Perjuangan. Jadi ini menurut hemat saya keluar dari ajaran, murtad dari pakem ideologi partai. Kami (di PDIP) terkenal pluralis, kami partai nasionalis," kata TB Hassanudin di Bandung, Rabu (18/1/2022).

Ia mengaku sudah melaporkan pernyataan rasis Arteria Dahlan itu ke pimpinan Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI.

"Saya sudah lapor ke fraksi dan fraksi akan ambil tindakan," kata TB Hasanudin. 

Baginya yang sudah di DPR RI sejak lama, tradisi berbahasa campuran antara Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah sudah lumrah terjadi. Dia mencontohkan, di Komisi I DPR RI, dia berkawan dengan Muhammad Farhan asal Bandung.

"Saya ketemu Farhan, kan orang Bandung. Saling sapa. Lalu ada anggota DPR dari Purwokerto ketemu sama orang Solo, ya berbahasa jawa, jadi sah-sah saja," kata dia. 

Kronologi

Gara-gara ucapannya, Arteria Dahlan menjadi sorotan lagi. Bukan kali ini saja, anggota DPR RI dari PDI Perjuangan itu beberapa kali menjadi pusat atensi karena kontroversinya.

Kali ini, Arteria disorot soal permintaannya kepada Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk mencopot seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang berbicara menggunakan bahasa Sunda dalam rapat.

Hal ini diutarakan Arteria dalam rapat kerja Komisi III DPR denga Kejaksaan Agung kemarin, Senin (17/1/2022).

Peristiwa itu bermula saat Arteria menyatakan harapannya agar Kejaksaan Agung (Kejagung) bersikap profesional dalam bertugas.

"Saya minta betul kita profesional, saya sama Pak JA (Jaksa Agung) ini luar biasa sayangnya, Pak," kata Arteria.

Tiba-tiba saja, dia mengungkapkan adanya kajati yang berbahasa Sunda ketika rapat.

Padahal, menurut Arteria, seorang kajati haruslah berbahasa Indonesia ketika rapat.

"Ada kritik sedikit Pak JA, ada kajati, Pak, dalam rapat, dalam raker itu ngomong pakai bahasa Sunda, ganti Pak itu," pinta Arteria.

Hal itu dinilai harus menjadi pertimbangan bagi Jaksa Agung untuk mengganti kajati yang dimaksud.

Dalam memimpin rapat, seorang kajati dinilai Arteria perlu menggunakan bahasa Indonesia agar tidak menimbulkan salah persepsi orang yang mendengarnya.

"Kita ini Indonesia, Pak. Nanti orang takut, kalau pakai bahasa Sunda ini orang takut, ngomong apa, sebagainya. Kami mohon yang seperti ini dilakukan tindakan tegas," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved