Kisah Pratu Sahdi, Akhir Hidupnya Tragis Dikeroyok di Waduk Pluit, Padahal ke Jakarta untuk Berobat
Kisah hidup Pratu Sahdi berakhir tragis karena dikeroyok sekelompok orang di Waduk Pluit, Jakarta.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Seli Andina Miranti
TRIBUNJABAR.ID - Kisah hidup Pratu Sahdi berakhir tragis karena dikeroyok sekelompok orang di Waduk Pluit, Jakarta.
Pratu Sahdi adalah anggota TNI AD yang menjadi korban penusukan pada Minggu (16/1/2022).
Akibatnya, anggota Yonif Raider Kostrad ini meninggal dunia karena dianiaya sejumlah orang di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.
Sebenarnya, Pratu Sahdi bukan berasal dari Jakarta, ia justru berasal dari Garut, Jawa Barat.
Sehari-hari, ia bertugas di anggota Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 303/Setia Sampai Mati (SSM) Cikajang, Kabupaten Garut.
Baca juga: Anggota TNI yang Ditusuk di Jakarta Bertugas di Yonif Raider 303 Garut, Batalyon Kebangaan Warga
Sebelum meninggal, pria berusia 23 tahun ini memang pergi ke ibu kota.
Dilansir Tribunjabar.id dari Warta Kota, ia pergi ke Jakarta untuk berobat.

Ia melakukan terapi untuk kepentingan kesehatannya.
"Kebetulan korban ini sedang berobat terapi dan berada di Jakarta," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Wibowo di Mapolres Metro Jakarta Utara.
Saat hendak bertemu teman, Pratu Sahdi bernasib buruk karena didatangi sejumlah orang tak dikenal.
Ia terlibat cekcok sehingga terjadilah perkelahian hebat. Aksi saling pukul di antara korban dan pelaku pun tak terhindarkan.
Namun, pelaku melakukan aksi lebih sadis. Pelaku mencekik hingga menusuk korban.
Akibat tusukan senjata tajam, Pratu Sahdi pun terkulai dan terluka.
Ia pun menghembuskan napas terakhirnya. Kejadian ini pun langsung ditangani pihak kepolisian.
Hingga kini polisi sudah menangkap beberapa pelaku pengeroyokan anggota TNI di Waduk Pluit.
Melansir dari Kompas.com, Panglima TNI Andika Perkasa pun sudah buka suara.
Pihaknya mengharapkan keadilan terhadap kasus kematian anggota Kostrad yang tewas tersebut.
"Kami juga ingin ada keadilan, karena mereka melakukan tindak pidana yang menyebabkan anggota TNI AD (tewas),” katanya.
Andika Perkasa juga membentuk tim penyidik untuk mengawal kasus pengeroyokan Pratu Sahdi.
"Tim penyidik TNI sudah berkoordinasi dengan Polres Jakarta Utara, kami terus memonitor, tapi kami tetap tidak mengintervensi,” ujar Jenderal Andika Perkasa.
Baca juga: Kata Panglima TNI Andika Perkasa Soal Anggota TNI AD Meninggal Akibat Dikeroyok
Mengenal Pratu Sahdi
Kabar tewasnya anggota TNI AD tewas dikeroyok menjadi perbincangan di media sosial.
Pada Minggu (16/1/2022) beredar foto tampang anggota TNI AD tewas tersebut terbujur kaku di ranjang rumah sakit.
Ia tewas dikeroyok orang di Taman Burung Waduk Pluit, Jakarta Utara.
Rupanya sosok anggota TNI AD tersebut adalah Sahdi (23).
Sahdi tewas setelah mendapatkan luka sabetan senjata tajam di tubuhnya, Minggu (16/1/2022) dini hari.
Ia pun sempat mendapatkan pertolongan dan langsung dilarikan ke rumah sakit Atmajaya Pluit.
Sayangnya, pertolongan yang diberikan tak mampu menyelamatkan nyawa anggota TNI tersebut.
Sahdi merupakan seorang anggota Yonif Raider 303 Kostrad TNI AD.
Diketahui sosok Sahdi adalah anggota Yonif Raider Kostrad TNI AD menyandang brevet Cakra.
Ia pun mempunyai kemampuan khusus.
Sebagai anggota Yonif Raider Kostrad dengan bravet Cakra memiliki kemampuan tangguh dan tegas.
Ia juga menyandang sebagai prajurit memiliki kesaktian ‘Cakra’ artinya senjata cakra.
Cakra diyakini sebagai senjata astuti yang secara lahiriah sebagai juru selamat yang ampuh yang dapat digunakan sebagai senjata budi.
Dikutip dari Grid.id, untuk memiliki kualifikasi khusus dan memperoleh brevet Cakra, para prajurit Kostrad harus melalui latihan Standarisasi Kostrad.
Latihan yang dilakukan untuk membangun jiwa korsa yang kuat serta mewujudkan kemampuan yang handal dalam melaksanakan tugas di medan operasi baik di hutan gunung, rawa laut dan perkotaan.
Selain itu latihan tersebut juga dilakukan guna terwujudnya prajurit Kostrad yang memiliki kemahiran dan kemampuan dalam gerakan perorangan, bernavigasi darat, bela diri dan menembak dengan nilai minimal 80 serta fisik yang prima.
Hingga akhirnya tewas, tercatat sebagai anggota Yonif Raider 303/Setia Sampai Mati.
Pangkat Sahdi sebagai prajurit satu atau pratu.
Sahdi lahir di Genuren, Aceh Tengah pada 16 Februari 1999.
Ia menjadi anggota Batalyon Infanteri Raider 303/Setia Sampai Mati beralamat di Garut, Jawa Barat.
Seperti diketahui Yonif Raider 303 memiliki markas di Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.