Longsor di Sumedang
Hampir Tergulung Longsor di Sumedang, Ini Kondisi Kakek Tata Kini, Selamat Karena Tak Lupa Istighfar
Tata tersungkur dan badannya diselimuti lumpur. Menurut Tata, orang-orang sudah menganggapnya tiada
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Seutas kain kasa sempat melilit bagian mata kaki Kakek Tata (66), warga RT 04/11 Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Lelaki berbaju batik itu duduk di sebuah kursi. Sesekali dia melihat ke arah kakinya yang terkilir itu.
Tata kini bisa bernafas lega. Kemarin sore, Sabtu (15/1/2022), dia nyaris tak selamat dari terjangan longsor yang terjadi di Dusun Sukasari, Desa Ciherang, Sumedang Selatan, yang menerjang pesawahan.
Tata bersama istrinya, Oon (65), dan dua orang lain saat itu sedang di dalam perjalanan pulang dari memanen padi.
Baca juga: Longsor di Ciherang Sebabkan Warga Mengungsi, Sekda Sumedang Bantah Akibat Proyek Tol Cisumdawu
Di pematang, Tata yang berjalan paling belakang ternyata dibuntuti ancaman maut, yakni longsor tebing setinggi 150 meter.
Tata tak merasa bahwa longsor sudah menerkamnya hingga dia hampir tenggelam di dalam lumpur. Yang dia ingat, karung berisi rumput dan perkakas taninya berantakan.
"Kok ke pundak seperti ada yang merebut perkakas, kemudian melemparkan topi yang sedang dipakai, tak tahunya itu longsor," kata Tata saat diwawancarai TribunJabar.id di kediamannya, Minggu (16/1/2022).
Tata tak berlari sebab pandangannya fokus ke kedan, ke rombongan istri dan dua orang lainnya yang berjalan di depan. Meski dia sendiri ingat istrinya yang melihat dari jauh sudah teriak-teriak menyuruhnya segera cepat berlari.
"Ieu mah jejerewetan (istri saya sudah menjerit memanggil-manggil saya)," kata Tata.
Tata tersungkur dan badannya diselimuti lumpur. Menurut Tata, orang-orang sudah menganggapnya tiada. Karena itu, begitu dia selamat dari longsor, dia diminta segera menemui orang-orang kampung untuk menunjukkan dirinya masih hidup.
Tata nampak tidak mengalami rasa kaget yang sangat atau trauma. Dia seperti menganggap kejadian kemarin sebagai hal biasa. Dia malah sempat ingin mengambil karung berisi rumput untuk pakan ternaknya, juga memunguti perkakas yang tercerai berai.
"Saya juga malah enggak enak sama orang-orang, mereka jadi terbawa kotor badannya karena merangkul badan saya setelah tahu saya selamat," katanya seraya berkisah dia terus mencuci baju kaosnya yang penuh lumpur di air sungai.
Baca juga: Tanah Longsor di Pangalengan Bandung Terjang Rumah Sedang Dibangun, Cecep Meninggal Dunia
Tata sendiri berada di sawah karena harus bolak-balik ke rumah mengangkut hasil panen. Dia memanen padi sejak pagi. Namun, menjelang siang, hujan deras, dan setelah hujan dia melanjutkan aktivitas mengangkut padi.
"Siapa yang tahu mau longsor. Saya katakan kepada istri hari kemarin cukup saja mengangkut padi, padi sisa akan diangkut besok (hari ini),"